Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Manusia Pembelajar Berbasis Kearifan

26 Maret 2018   11:30 Diperbarui: 26 Maret 2018   11:42 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
franchiseindia.com/education

Dalam bukunya yang berjudul The Maxwell Daily Reader, John C. Maxwell menegaskan bahwa kearifan adalah kemampuan menemukan akar masalah, dan tergantung pada intuisi dan pikiran yang sehat dan rasional. Bahkan, lebih dalam lagi dapat diuraikan bahwa kearifan adalah sebuah habitus atau kebiasaan mengolah rasa dan logika secara sinergis secara berkesinambungan dan kontekstual.

Dalam kesinambungan itu tercermin ketekunan diri dalam mengembangkan hidup menuju manusia utuh dalam konteks kehidupan yang penuh dengan dinamika dan pergulatan batin.

Kearifan sebagai sebuah habitus semakin memperjelas bahwa tidak ada orang yang terlahir dengan penuh kebijaksanaan dan mampu memimpin diri sendiri dan orang lain.

Semuanya itu dilatih dan diolah dalam berbagai pengalaman hidup yang secara bertahap mendewasakan diri dalam sikap, tutur kata, dan pikiran. Di samping itu, kearifan sesungguhnya mampu membawa orang pada tataran efektivitas  untuk berbagai hal karena segala permasalahan hidup dihadapi dengan rasa yang matang dan pikiran yang rasional.

Dunia pendidikan pun tidak akan lepas dari kebutuhan untuk mengaktualisasikan dan menginternalisasikan kearifan dalam tataran praktis. Proses pendidikan tanpa kearifan adalah sebuah tragedi mengerikan bagi generasi muda penerus bangsa.

Sekolah akan terasa neraka bagi para siswa sehingga mereka merasa malas, bosan, marah, sedih, dan terbebani. Lebih tragis lagi adalah sekolah penuh dengan penghakiman pada setiap ketidakberesan dan ketidakmampuan siswa dalam berbagai aspek belajar.

Sesungguhnya sekolah adalah tempat yang paling indah, menyenangkan, dan menginspirasi sehingga keceriaan, kebahagiaan, kegembiraaan, antusiasme, daya ekplorasi, dan kemauan berkembang dapat tumbuh seiring pengalaman menuntut ilmu sedalam-dalamnya. Sebuah harapan besar tatkala anak-anak di negeri ini selalu merindukan dan bersemangat untuk pergi ke sekolah sehingga menjelang usai libur(an) mereka sudah tidak sabar untuk segera bersekolah.

Kearifan merupakan bagian dari sebuah kepemimpinan yang memaksimalkan efektivitas. Pribadi yang mampu memimpin diri sendiri dan orang lain adalah pribadi yang mampu merancang dan melaksanakan efektivitas dalam berasa, berpikir dan bertindak. 

Dengan efektivitas yang ada, segala sesuatu dapat berjalan dengan sangat taktis dan mampu mengoptimalkan proses untuk mencapai tujuan tertentu. Efektivitas ini erat kaitannya dengan cara cerdas dan praktis dalam berpikir dan bertindak, bahkan juga berhubungan dengan manajemen rasa dalam setiap masalah yang dihadapi.

Dunia pendidikan sudah seharusnya secara berkesinambungan mengembangkan kepemimpinan berbasis kearifan supaya segala proses pengembangan edukatif berjalan dengan efektif dan humanis. Segala masalah yang terjadi dalam proses pendidikan hendaknya dijadikan sebagai energi dan momen yang baik untuk melatih kepemimpinan yang edukatif. Masalah sejatinya merupakan media ampuh dalam mendewasakan diri dan lingkungan sekitar.

Pendidikan dengan segala dinamikanya merupakan proses yang bermakna dalam mendidik segala komponen yang ada secara holistik atau menyeluruh. Guru, siswa, karyawan, bahkan orang tua secara bersama-sama menjadi bagian dalam proses pendidikan. Semua orang harus belajar sepanjang masa sampai maut menjemputnya. Maka, tidak ada istilah berhenti belajar selama manusia masih hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun