Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pendidikan Karakter lewat Bangun Pagi

23 Maret 2018   09:05 Diperbarui: 23 Maret 2018   09:44 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay/Skitterphoto)

Berbicara tentang pendidikan tak akan lepas dengan pengembangan manusia seutuhnya yang meliputi akal, nurani, tindakan, dan komitmen diri pada kebenaran sejati. Esensi pendidikan itu dapat tercipta dengan menyeluruh dan mendalam tatkala ada proses penumbuhkembangan habitus atau kebiasaan dalam setiap dinamika pendidikan.

Lebih lanjut lagi, habitus yang merupakan bagian inti dari pendidikan itu dapat tercipta jika pertama-pertama setiap orang mampu memimpin dirinya sendiri dalam kerangka pengembangan diri menuju taraf insani.

Dalam kerangka mendidik diri sendiri, bangun pagi merupakan sebuah momen untuk membiasakan diri menjadi manusia yang tertata dalam hal fisik sekaligus hati dan pikiran. Hal ini tampaknya sangat kecil dan sederhana namun banyak orang tidak menyadari akan kekuatan hebat dari bangun pagi. Bahkan, bangun pagi sekitar pukul 4 -- 5 dianggap sebagai sebuah beban di awal hari.

Bangun pagi sesungguhnya adalah sebuah latihan kepemimpinan diri untuk menata hidup sehari dengan sebuah awalan yang mantap dan semangat. Hal ini menjadi sarana belajar bertanggung jawab pada diri sendiri. John C. Maxwell menyatakan , "Tanggung jawab kecil yang Anda miliki sekarang merupakan penaklukan kepemimpinan besar pertama yang harus Anda lakukan. Jangan pernah mencoba menaklukkan dunia sebelum Anda membereskan hal-hal kecil di dalam diri Anda."

Menaklukkan dunia sesungguhnya berawal dari menaklukkan diri sendiri. Sebuah hari akan menjadi bermakna bagi diri sendiri dan sektarnya tatkala kita mampu menata hari itu dengan baik. Menata awal sebuah hari dengan menciptakan kebiasaan bangun pagi adalah pilihan bijak manusia dalam memimpin sekaligus mendidik diri sendiri. Untuk menjadi sukses sangatlah sederhana, yakni harus bisa menaklukkan diri sendiri terlebih dahulu.

Hari-hari yang diawali dengan kebiasaan bangun pagi menjadi sebuah wujud kepemimpinan terdidik yang membiasakan dengan perencanaan. Di saat orang bangun pagi, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk menata raga dan jiwa dan melakukan berbagai aktivitas pagi sebagai sebuah persiapan sehari.

Kebiasaan ini akan semakin sempurna tatkala setiap malam memiliki kesempatan untuk berefleksi, yakni merenung dan memeriksa batin atas segala pengalaman sehari lalu mengambil nilai hidup (life value) dari semua hal yang terjadi dan membangun komitmen menjadi lebih baik di hari berikutnya.

St. Fransiskus dari Asisi pernah berkata, "Mulailah mengerjakan apa yang perlu, kemudian lakukan apa yang bisa dikerjakan, dan tiba-tiba saja Anda akan mampu mengerjakan apa yang tidak mungkin Anda kerjakan." Proses pembiasaan diri akan membantu manusia mampu melakukan hal-hal mustahil menurut akal manusia. Proses pembiasaan dengan mengawali setiap hari dengan bangun pagi lalu melakukan aktivitas sehari dengan kesatuan hati dan budi  akan membawa manusia pada kekaguman diri karena dimampukan dalam banyak hal.

Harus diakui bahwa mendidik diri sendiri jauh lebih sulit dibandingkan mendidik orang lain. Hal ini sama halnya dengan menuntut orang lain melakukan hal-hal baik akan lebih mudah dibandingkan menuntut pada diri sendiri. Semakin jelaslah bahwa pendidikan harus berawal dari kemimpinan diri sendiri. Napoleon dengan sangat tegas menyatakan, "Satu-satunya penaklukan permanen dan tidak menyisakan penyesalan adalah penaklukan atas diri sendiri."

(sumber gambar: nova.grid.id)
(sumber gambar: nova.grid.id)
Dunia pendidikan atau sekolah pun tidak jauh beda keadaannya dengan hidup kesehariaan manusia. Pendidikan akan berhasil jika kepemimpinan diri benar-benar menjadi fokus sekaligus habitus dalam setiap proses yang dilakukan di sekolah. Masing-masing komponen yang ada dalam pendidikan harus benar-benar memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengembangkan kepememimpinan diri sebagai dasar pendidikan yang kokoh dan utuh.

Guru, para siswa, karyawan sekolah, dan orang tua menjadi bagian penting dalam mengembangkan pendidikan tersebut. Sudahkan mereka memulai hari dengan kepemimpinan diri? Sudahkah bangun pagi yang berkualitas menjadi habitus bagi mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun