Mohon tunggu...
Martinus Rehan Uran
Martinus Rehan Uran Mohon Tunggu... Guru - Martinus Rehan Uran , seorang pendidik pada sekolah menengah pertama

belajarlah terus menjadi manusia berkualitas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah dan Interaksi Sosial Menurut Joh Dewey Berhadapan Dinamika Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid 19

17 September 2021   17:19 Diperbarui: 17 September 2021   17:25 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

JOHN DEWEY, filsuf sekaligus psikolog, pemikir abad 20 sebagai tokoh reformasi pendidikan. Salah satu gagasan pentingnya bahwa dengan pendidikan seseorang mampu menciptakan peradaban hidup bermasyarakat. Penciptaan peradaban baru  lewat pendidikan bukan pada penguasan konten yang diajarkan tetapi bagaimana peserta didik mampu menumbuhkan, mengembangkan, menghidupkan potensi diri sesuai perilaku dan kebiasaaan dalam bermasyarakat. 

Potensi tidak bisa berkembang jikalau  peserta didik tidak  berinteraksi  dengan masyaraka sosial. Interaksi menumbuhkan stimulan dan respons dengan menempatkan peserta didik sebagai subyek utama bukan hanya sebagai obyek dari stimulans sebagaimana dikonsepkan B.F Skinner bahwa perubahan perilaku karena mendapat stimulans dari luar.

Pandangan Dewey menjadi sangat tepat untuk direfleksikan dalam konteks pembelajaran di tengah situasi pandemi yakni pembelajaran secara daring. Pembelajaran daring menjadi gerakan bersama semua pihak baik guru, peserta didik maupun orangtua agar apapun situasi yang membatasi ruang gerak, dunia pendidikan harus tetap berjalan.  Namun harus disadari bahwa pembelajaran daring telah menciptakan keprihatian terhadap aspek fisik dan psikis peserta didik. Secara fisik peserta didik mengalami keletihan karena situasi belajarnya begitu monoton. 

Setiap hari belajar pasti menggunakan media elektronik seperti Handphone Android, Laptop, Komputer. Secara psikis peserta didik mengalami tekanan karena tidak mengerti konten yang dipelajari, banyak tugas yang harus dikerjakan disertakan dengan perang antar kemauan orangtua dan situasi dunia bermainnya. Ketika peserta didik dalam ruang jaringan mencari apa yang ditugaskan lalu tidak menemukan akhirnya menciptakan sikap putus asa dan apatis. 

Orantua sering memberikan stimulus yang sangat menyakitkan. Berbagai kekerasan verbal terucap sabagai konsekuensi pengalaman stres menghadap cara belajar anak, sikap dan perilaku anak yang sering membuat orangtua harus menguras tenaga agar segala keinginan, harapan terwujud. Segala stimulus dengan respons negatip  yang tidak berpengaruh pada perubahan perilaku menjadi permasalahan besar dan jikalau ini berlanjut maka generasi masa depan akan mengalami permasalahan besar untuk hidupnya sendiri.

Keprihatinan akan kemungkinan buruk bisa terjadi dapat dilihat dalam beberapa kasus dari pengalaman. Sebagai contoh bagaimana tingkat stres orangtua menjadi guru bagi anaknya. Ketika orangtua menyuruh belajar, anaknya lebih suka bermain game. Ketika orangtua menanyakan kelengkapan tugas yang dijawab sudah beres tugas-tugasnya padahal laporan guru belum ada tugas yang ikumpulkan. Peserta didik sering bersikap melawan, membantah dan protes karena apa yang menjadi keinginan sering dihalangi orang tua.

Terhadap pengalaman-pengalaman inilah gagasan John Dewey kembali memurnikan mindset orangtua yang selama ini mengabaikan peran guru dan sekolah dalam membentuk perilaku peserta didik. Banyak hal yang dapat direfleksikan dari konsep Dewey terhadap respons negatip yang selama ini keliru diterapkan oleh orang tua. 

Sebagai contoh ketika sekolah menerapkan aturan sekolah dengan segala konsekuensi yang harus diterima peserta didik dipersepsikan sebagai tidakan menekan anaknya. Ketika anaknya mendapat nilai di bawah kriteria ketuntatasan minimum, guru dipermasalahkan sebagai guru yang tidak mampu mengajar. Namun dalam proses pembelajaran daring ini orang tua akhirnya mengakui sekolah sebagai tempat yang tepat  tercipta perubahan sikap anaknya. 

Pengalaman ketidaksuksesan adalah proses membangkitkan kesadaran dalam diri setiap peserta didik untuk mencari cara mengatasinya. Dalam proses pencarian itu pengalaman orang lain dijadikan sebgai sumber belajarnya sehingga pada akhirnya siswa mampu menemukan sesuatu  yang berguna bagi dirinya sebagai keterampilan baru berpikir dan bertindak dalam hidup bermasyarakat yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun