Mohon tunggu...
Marthinus Selitubun
Marthinus Selitubun Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melihat yang Tidak Terlihat

1 Februari 2020   22:41 Diperbarui: 1 Februari 2020   22:42 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar untuk melihat yang tidak terlihat (Sumber foto: greatcommissionsociety.org)


Yerusalem yang dalam bahasa Ibrani tertulis sebagai:  dan dikenal dalam bahasa Arab: atau al-Quds, merupakan salah satu kota tertua di dunia, yang terletak di sebuah dataran tinggi di Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati. Kota ini dianggap suci dalam tiga agama besar yakni Yudaisme, Kekristenan, dan Islam.

Yerusalem bukan hanya sebuah kota, tetapi merupakan sebuah simbol, tempat pertemuan antara berbagai peradaban yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, dan kota suci dimana banyak orang dari ketiga agama yang berbeda ini menemukan asal-usul dan kebenaran agamanya masing-masing sendiri.

Dengan keunikannya karena agama, Yerusalem memberikan informasi kepada kita bahwa agama yang berbeda dapat, memang harus dapat hidup berdampingan. Walaupun dalam kenyataannya, ada ketegangan terselubung antara umat ketiga agama ini dan banyak ditemui tentara Israel karena faktor keamanan, namun umat tiga agama ini tetap memiliki satu kesamaan: Sama-sama datang ke Kota Tua ini untuk lebih dekat dengan Tuhan. Dalam sejarah Yerusalem Pada zaman Yesus kota yang didominasi oleh kuil ini dipenuhi dengan para peziarah, imam, karyawan, bahkan pedagang di setiap harinya. Hal ini menggambarkan sebuah kota yang ramai dan sibuk.

Di kota inilah, secara tersembunyi dan anonim, Maria dan Yosep membawa bayi mereka yang mungil untuk dipersembahkan ke bait Allah. Biasanya di halaman bait Allah, setiap orang datang membawa persembahan kepada YAHWE dan beribadah. Para pendoa, orang-orang yang menghadiri upacara pengorbanan, para imam, atau orang-orang Lewi yang ditugaskan untuk menerima persembahan dan mengembalikannya. Tidak sedikit orang yang berlalu lalang disana. Di salah satu pintu, dekat dengan tempat yang boleh ditempati oleh wanita, berdirilah Yosep dan keluarganya. Dalam kebingungan di tempat itu, karya Roh Kudus muncul yang membuat ketiga peziarah ini bertemu dengan Simeon dan Anna.

Simeon sering digambarkan sebagai seorang penatua yang mengenakan pakaian imamat, tetapi penginjil Lukas menggambarkannya sebagai orang yang adil dan saleh, bukan seorang imam tetapi hanya seorang pria biasa dari Yerusalem yang membiarkan dirinya dibimbing oleh Roh Kudus. Dia yang sedang "menunggu penghiburan Israel", kini tahu dan melihat apa yang sekarang dia lihat dan menegaskan: mataku telah melihat keselamatan. Memang, anak yang dibawa itu tidak jauh berbeda dari anak yang lain yang dibawa ke bait suci. Pasangan muda itu pun tidak berbeda dari pasangan yang lain, tetapi mata Simeon melihat apa yang sebelumnya dilihat hatinya. Simeon telah melihat dalam dimensi penantian dan memungkinkannya untuk mengenalinya, bahwa anak itulah yang telah dibawa ke kuil oleh orang tuanya. Seberkas terang telah bersinar untuk bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi umat-Nya. Anna yang melihat anak itu, pun takjub dan memuji Allah, serta berbicara tentang anak itu kepada mereka yang menunggu penebusan Yerusalem.

Mata kedua nabi yang telah uzur ini, yang pernah terselubung oleh penderitaan, kesepian, kekecewaan harapan; kini terbuka dan menyadari bahwa apa yang dirindukan kini dapat dilihat dari dekat. Mereka yang telah menantikan seumur hidup ini, kini telah memiliki kepastian bahwa janji Allah itu tidak kosong dan mata mereka mampu melihat dan melampaui. Mata Iman inilah yang melihat melampaui apa yang orang lain lihat.

Simeon dan Anna adalah orang biasa, yang tidak memiliki doktrin untuk diajarkan atau teologi untuk diwujudkan, bahkan liturgi untuk merayakan. Mereka berdua hanyalah alat dan saksi bahwa Tuhan masih bekerja untuk keselamatan. Bait Allah ini sering dikunjungi setiap hari oleh banyak orang, yang bergantian antara doa dan liturgi. Namun, hanya Simeon dan Anna yang memiliki iman, mata yang melihat, tanpa perlu menjadi bagian dari hirarki, atau ahli taurat, atau aliran atau mazhab apa pun. Roh Kudus telah menunjukkan penggenapan dan perspektif baru karena mereka telah memenuhi segala sesuatu sesuai dengan hukum Tuhan.

Dalam hidup spiritual kita, seringkali kita membenamkan diri dalam liturgi, doa, dan devosi yang khusyuk tanpa melihat kehadiran Allah yang bercahaya. Kita cenderung memprioritaskan hal-hal bersifat dekoratif, gemerincing derma persembahan kita, gaya perayaan ekaristi, bahkan mengomentari tokoh yang memimpin perayaan kita atau umat kita sendiri dalam diam. Kita memiliki mata hanya untuk hal-hal yang jelas, terpesona oleh kebiasaan atau ketidakpedulian, atau hanya memperhatikan orang yang berada di dekat kita. Dalam hidup beragama pun, kita cenderung meyakini bahwa keselamatan hanya datang dari sisi agama kita, dan tragisnya kita pun mau dikibuli bahwa diluar agama kita tidak ada keselamatan. Padahal keselamatan itu ada jika kita percaya pada Tuhan,  setia dan dapat mengaplikasikan ajaran agama kita tanpa perlu mendiskreditkan pemeluk agama lain, kan?

Tuhan, yang bertahta di Yerusalem Abadi, ingin mengajak kita bahwa Iman seharusnya mengubah pandangan kita, memungkinkan kita mengawasi, dan tanpa berhenti mencari dan memimpikan Tuhan yang tidak terbatas, melalui jiwa dan raga kita yang terbatas dan fana ini. Amin.

*Pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun