Mohon tunggu...
Marthinus Selitubun
Marthinus Selitubun Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergi untuk Hidup

25 Januari 2020   21:41 Diperbarui: 25 Januari 2020   21:35 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah replika kaki yang menggambarkan perjalanan Santo Yakobus di kota Santiago de Compostela, Spanyol. (Foto: pribadi).

Udara dingin di Kota Roma kali ini terasa menembusi sarung tangan tipisku. Memang musim dingin kali ini tidak sedingin tahun-tahun sebelumnya. Syukurlah, kataku dalam hati. Setelah perayaan Ekaristi pagi di sebuah susteran di tengah kota, aku berjalan perlahan menembusi udara dingin untuk menuju ke Basilika Santa Maria Maggiore.

Gereja yang terletak di bukit Esquilino di tengah Kota Roma ini, dikenal sebagai gereja dimana Bunda Maria menampakkan diri pada malam hari tanggal 5 Agustus tahun 352, kepada Paus Liberius dan seorang bangsawan Romawi. Bunda Maria meminta mereka untuk membangun gereja ini yang lokasinya ditandai dengan munculnya salju lebat yang muncul di musim panas. Basilika ini juga dikenal dengan nama "Santa Maria ad Nives". Gereja yang jika diterjemahkan sebagai gereja Santa Maria Salju ini selalu menjadi salah satu spot menarik bagiku, untuk berdoa atau sekedar mengagumi keindahannya. 

Ketika sedang berkeliling, secara tidak sengaja seorang ibu tua menyenggol lenganku dan meminta maaf sambil tersenyum. Saya pun membalas senyumannya sambil mengatakan tidak apa-apa. Setelah mengobrol sebentar dan dia tahu bahwa saya seorang pastor, dia mulai memperkenalkan dirinya. "Io sono Maria. Ho unico figlio, e lui un sacerdote in Benin, Africa. Si chiama Padre Matteo", kata Maria memperkenalkan dirinya dan anak semata wayangnya yang adalah seorang pastor di salah satu negara di Afrika. Dalam kisahnya, ia bangga menjadi ibu dari seorang pastor. Akan tetapi ia kadang merasa sedih karena jarak antara mereka terlalu jauh dan mengakibatkan sulitnya berkomunikasi. "Tetapi saya bersyukur, karena dia harus pergi untuk suatu hal yang lebih tinggi nilainya. Untuk hidup orang lain".

Dia pergi untuk sesuatu yang bernilai lebih, adalah kalimat yang terus menggema dalam hati saat saya kembali ke tempat tinggal saya. Ada yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu. Dia pergi, dan ibunya ditinggalkan sendirian. Saya jadi teringat injil Matius, yang menggunakan kata kerja pergi dan kata kerja  tinggal untuk menunjukkan awal dari kegiatan Tuhan: ia meninggalkan tempat pertumbuhannya, hubungan keluarga, memotong sejarah hidupnya, untuk tinggal di Kapernaum.

Firman Tuhan memasuki sejarah manusia, keluar dari atas ke bawah, untuk hidup bersama dengan kita, di kota kita. Yesus adalah Firman yang telah tinggal di antara kita untuk menjangkau telinga kita dengan bahasa kita dan ruang waktu kita. Ia keluar dari cakrawala sempit orang-orang Yahudi dan masuk ke dalam panorama seluruh umat manusia: dalam perjalanan melewati danau, di seberang Yordan, dan orang-orang Galilea!

Kehadiran Tuhan di dalam dunia bukanlah tanpa hambatan. Salah satu tantangan yang ditemuinya adalah melihat sulitnya hubungan antar manusia. Hal ini ditandai dengan keegoisan yang mendominasi manusia yang konon bermartabat. Dalam dunia dewasa ini pun, kita bisa melihatnya. Contohnya media sosial cenderung dimuliakan, ketimbang komunikasi interpersonal. Hal ini menjadi tanda bahwa adanya degradasi dalam pols hidup manusia. Apakah sikap kurang jelas manusia ini mencerminkan hubungannya dengan Allah ??

Apakah kita bisa menjadikan kabar sukacita Injil sebagai terang yang bersinar? Ya, kita bisa. Pewartaan itu tidak mesti di kampung Betlehem saja, tetapi seperti yang dilakukan oleh para murid Yesus, yaitu menyeberangi danau Galilea untuk membawa kabar sukacita Injil dan menjangkau semua orang. Injil menjadi bermakna ketika cahayanya dibawa keluar dari Bethelem ke tempat lainnya sebagaimana ditekankan dalam Injil Matius 28:20,

"Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. "

Bagaimana hal ini diterapkan dalam konteks kita agar setiap orang percaya diundang dalam proyek keselamatan ini ? Keluarlah dari kenyamanan kita dan tunjukkan keberanian untuk menjangkau semua wilayah yang membutuhkan terang Injil. Hal ini sebagaimana tertulis dalam dokumen Gereja Evangelii Gaudium 20, bahwa,

Sabda Allah senantiasa menunjukkan pada kita bagaimana Allah menantang mereka yang percaya kepada-Nya "untuk bergerak keluar." Abraham menerima panggilan untuk pergi ke negeri baru (bdk. Kej. 12:1-3). Musa mendengar panggilan Allah, "Pergilah, Aku mengutus engkau" (kel. 3: 10) dan menuntun bangsanya menuju tanah terjanji (bdk. Kel 3:17). Kepada Yeremia, Allah bersabda, "kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi" (Yer. 1:7). Di zaman kita perintah Yesus untuk "pergi dan menjadikan murid" tampak rencana-rencana dan tantangan- tantangan yang selalu baru bagi tugas perutusan penginjilan Gereja, dan kita semua dipanggil kepada tugas perutusan baru "bergerak keluar" ini. Setiap umat Kristiani dan setiap komunitas harus mencari dan menemukan jalan yang ditunjukkan Tuhan, tetapi kita semua diminta untuk mematuhi panggilan-Nya untuk keluar dari zona nyaman kita untuk menjangkau seluruh "periferi" yang memerlukan terang Injil.

Karena iman kita itu berasal dari mendengarkan,  yaitu mendengarkan firman Kristus (lih. Rom 10:17), baik melalui perayaan liturgis maupun dalam doa dan refleksi pribadi (Paus Francis, Aperuit illis).

Kerajaan Allah sudah dekat
Pengumuman pertama tentang Yesus secara harfiah identik dengan apa yang kita dengar dari Yohanes Pembabtis dalam Injil Matius 3,2. Bacaan injil ini  menegaskan tentang nilai universal dari proklamasi tugas misi, yaitu saat, "Dalam perjalanan, berkhotbah, katakan bahwa kerajaan surga sudah dekat" (Mat 10,7).

Ini adalah pengumuman yang menggembirakan: kerajaan Allah akan datang, sudah dekat, ia ada di antara kita! Kata ini sangat penting: Kerajaan Allah ada di tengah-tengahmu. Tuhan datang untuk menegakkan ketuhanan-Nya dalam sejarah kita, dalam hidup harian kita, dalam diri kita; dan jika diterima dengan iman dan kerendahan hati cinta, kegembiraan dan kedamaian akan tumbuh (Paus Francis, dalam doa Angelus di Piazza San Pietro, 04 Desember 2016).

Pengumuman akan kerajaan Allah adalah sebuah Kabar baik yang mengundang kita ke arah perubahan hidup: pertobatkan dirimu, karena kemuliaan Tuhan tidak dapat diwujudkan tanpa kolaborasi manusia. Bertobat adalah ajakan untuk merevolusi kehidupan masing-masing: mengubah visi tentang segala sesuatu dan tentang Allah, mengubah arah sehubungan dengan jalan yang telah kita ambil yang perspektifnya ada di depan mata kita dan tampaknya memiliki perpecahan, perbedaan, ketakutan, dan sebagai cakrawala baru atas sebuah konsekuensi.

Yesus menawarkan kepada kita dengan hidupnya, jalan yang belum pernah ada sebelumnya bagi manusia yang diceritakan kepada kita di sepanjang Injil. Ajaran Yesus, memang membawa perpecahan pada zamanNya, tetapi kemudian mereka bagi yang mendengarkan dengan Iman, akan beralih dari perpecahan pada persatuan. Dari kematian pada kehidupan. Firman Tuhan menyatukan orang-orang percaya dan menjadikan mereka satu umat (Paus Francis, Aperuit illis).

Dia memanggil mereka
Padre Matteo, yang terinspirasi dari panggilan para rasul, telah menemukan sebuah jalan baginya.  Ia mensauhkan panggilannya pada kisah Yesus yang memanggil orang-orang secara acak untuk membuat pilihan: Aku akan menjadikan kamu penjala manusia. Apa yang Yesus katakan tampak begitu luar biasa dan sangat menarik sehingga para nelayan ini meninggalkan segalanya untuk mengejarnya. Mereka terhipnotis dengan kalimatnya, lebih-lebih totalitas hidupnya. Keempat nelayan pun mengikuti Yesus karena tertarik pada Firman-Nya, mereka merasa bahwa hidup mereka dapat dipercayakan kepadanya. Inilah efek dari Firman yang hidup, bukan perkataan yang kaleng-kaleng sifatnya.

Firman Yesus adalah baru dan berharga sebagai harta yang diletakkan di depan mata kita dan dalam Injil kita menemukan kuncinya: kesedihan kita yang tak terbatas disembuhkan hanya dengan cinta yang tak terbatas (Evangelii Gaudium, 265).

265. Seluruh hidup Yesus, caranya menghadapi kaum miskin, perbuatan-perbuatan-Nya, integritas-Nya, tindakan-tindakan kemurahan hatiNya sehari-hari yang sederhana, dan akhirnya pemberian diri-Nya sepenuhnya, sungguh berharga dan berbicara kepada hidup pribadi kita. Setiap kali kita menjumpai-Nya kembali, kita menjadi yakin bahwa inilah yang sesungguhnya dibutuhkan orang-orang lain, meskipun mungkin mereka tidak mengakuinya: "Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu" (Kis. 17:23). Kadang-kadang kita kehilangan antusiasme kita untuk tugas perutusan karena kita lupa bahwa Injil menanggapi kebutuhan kita yang terdalam, karena kita diciptakan untuk apa yang ditawarkan Injil kepada kita: persahabatan dengan Yesus dan kasih pada saudara-saudari kita.

Dalam perjalanan pulang ke asrama, aku mendoakan Ibu Maria dan anaknya Padre Matteo. 

"Ibu Maria, anakmu telah memilih yang terbaik bagi-nya, dan bagi Tuhan. Ibu jangan bersusah hati, karena Roh Tuhan menuntunNya di jalan. Disanalah dia akan mengetahui kebenaran tentang Allah, tentang manusia, dan tentang bagaimana kita dibebaskan dari dosa dan kematian. Dia pergi untuk hidup dia yang orang lain untuk menjadi yang lebih baik. Tuhan, berkati mereka selalu. Amin".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun