Mohon tunggu...
Marthinus Selitubun
Marthinus Selitubun Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Assisi, Kota Perdamaian

1 Juli 2019   04:23 Diperbarui: 1 Juli 2019   04:47 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Kalau ke Italia, jangan lupa ke kota Assisi!', demikianlah kata salah satu temanku ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Italia. Tak terasa saya sudah beberapa kali mengunjungi Assisi, dan kota ini tak henti-hentinya memanggilku untuk datang dan datang lagi.

Kali ini bersama Christour, kami melakukan perjalanan menuju Assisi. Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang dua jam, akhirnya Group Ziarah Christour ini, yang digawangi Pak Wibisono tiba di kota Assisi. Pemandangan dari halte bus saja sebenarnya sudah mencuri perhatian kami untuk mengabadikannya lewat kamera ponsel masing-masing.

Sepanjang rute yang dilalui bus, kami disuguhi dengan pemandangan indah berupa lembah dan kota-kota kecil dengan bangunan rumah-rumah dan gereja yang cantik seperti layaknya kota-kota kecil di Eropa.

Informasi cuaca digital di dalam bus menunjukkan angka 28 derajat celcius pada pukul 9 pagi ini. Suatu angka yang rada wajar, mengingat saat ini adalah musim panas. Warna kuning bunga matahari menghiasi lembah dan bukit-bukit kecil sepanjang perjalanan menambah kemilaunya keindahan Assisi, yang terletak di propinsi Perugia, Italia.

Selain Fransiskus, kota bergaya medieval ini juga terkenal karena melahirkan tokoh besar lainnya, diantaranya Santa Clara. Kota ini sendiri memiliki penduduk sekitar 28,299 orang dan selalu dipadati jutaan peziarah dari seluruh dunia setiap tahunnya.

Pujian tak henti-hentinya dilontarkan oleh hampir semua peziarah ketika menyaksikan pemandangan kota Assisi tua yang terlihat seperti negeri dongeng, di bukit Subasio. Warna kotanya putih kekuningan karena gedungnya terbuat dari batu gamping tanpa semen, menambah keunikan dan keklasikkan kota tua ini.

Jalanan yang kami lalui terbuat dari batu kali, kecil dan berkelok-kelok. Perlahan kami merayap ke atas, menuju ke pusat kota. Setelah memasuki kota, kami berfoto di sepanjang jalan yang menanjak dengan dilatarbelakangi kota Assisi tua.

Santo Fransiskus Assisi
Selain mengunjungi kota Assisi tua, kami juga memasuki Basilika Santo Fransiskus dari Assisi. Assisi adalah tempat kelahiran dan meninggalnya Santo Fransiskus. Fransiskus dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna Pica.

Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan harta ayahnya ketimbang belajar. Ketika usianya 20 tahun, Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap selama satu tahun hingga jatuh sakit.

Pada suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh". Fransiskus pun pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual secara diam-diam setumpuk kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang telah tua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun