Mohon tunggu...
Martin Karakabu
Martin Karakabu Mohon Tunggu... Guru Kampung yang Tertarik pada Dunia Bloging dan Menyukai Kegiatan di Luar Lapangan -

https://www.karakabu.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebohongan dan Dua Kata Ajaib dari Ibu adalah Pemberian Paling Berarti

24 Desember 2017   21:07 Diperbarui: 24 Desember 2017   21:17 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi. Sumber foto: Brilonet

Idealnya sebagai orang tua mengajari hal yang baik, termasuk tidak berbohong; apalagi kepada anaknya sendiri. Namun hal itu tidak berlaku bagi ibuku. Setiap hari dari kebohongan yang satu kepada kebongan yang lain selalu beliau hadirkan padaku di masa kecil.

  • Ibu sudah makan, ini bagianmu. Walau sebenarnya beliau belum makan apa-apa.
  • Ibu tidak suka itu, biar untuk kamu saja. Walau sebenarnya beliau suka.
  • "Ah ibu tidak apa-apa kok, cuma masuk angina saja". Walau sebenarnya ibu menahan sakit yang luar biasa.
  • Ibu suka baju yang lama, karena bahannya bagus, ibu tidak suka baju itu. Walau sebenarnya beliau menginginkannya.

Itulah yang ibu lakukan di masa kecilku dulu. Melupakan dirinya demi hidupku.

Sebagai orang desa yang mata pencahriannya hanya mengandalkan hasil kebun untuk memenuhi kebutuhan keluarga; beliau terpaksa melakukan kebohongan yang satu kepada kebohongan yang lain demi anak-anaknya.

Pola hidup yang demikian pada akhirnya tahun 2013 lalu beliau dipanggil Tuhan (baca: meninggal). Sebelum meninggal, beliau "seperti mengaku dosa" kepadaku.

"Martin, mama minta maaf ya, jika selama ini tidak bisa menjadi ibu yang baik". "kadang Ibu terpaksa berbohong, karena hanya itu yang bisa ibu lakukan untuk membuatmu percaya". Ucapan yang nyaris tanpa kata di puskesmas desa yang jauh dari kata layak.

"Kalau engkau berkeluarga nanti, jangan lupa yang dibutuhkan oleh sebuah hubungan adalah SALING MENGERTI antara suami dan istri. Bukan dimengerti", nasehat beliau sambil mengelus rambutku. Sejujurnya saya tidak paham maksud beliau saat itu. Ibunda tercinta sepertinya memahami kebingunganku, kemudian berkata, "sudah tidak apa-apa nanti jika waktunya tiba, engkau akan mengerti kata-kata ibu".

"Sudah ibu mau tidur dulu", katanya lebih lanjut. Ternayata ibu tidur untuk selama-lamanya, dan kata-katanya sejam yang lalu adalah kata perpisahan yang paling memiluhkan sekaligus hadiah paling isitimewa dan abadi dari ibu ibunda tercinta.    

Sebagi orang kampung sejujurnya saya tidak mengenal kata ulang tahun apalagi sebuah kado. Sebagai orang tak punya tidak ada kado paling berarti selain cinta dan kehangatan keluarga. Nasehat bijaknya kepadaku adalah pemberian paling berarti sepanjang hayatku. Kebohongan ibu mengajariku tentang cinta orang tua kepada anak. Dua kata saktinya memberi makna sebuah keluarga akan harmonis jika dilandasi dengan sikap saling mengerti antara suami dan istri.

Itulah hadiah paling istimewa dari ibuku.   

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun