Pengaruh pandemi covid-19 pada saat ini membuat banyaknya pengusaha industri krecek rambak yang gulung tikar dikarenakan omset yang menurun dan sedikitnya pelanggan yang membeli.
Pada awal pandemi banyak masyarakat yang takut untuk keluar rumah dikarenakan meningginya kasus positif covid-19 dalam sehari. Pemerintah juga menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga para masyarakat tidak dapat keluar rumah dan bagi mereka yang keluar rumah akan dikenakan sebuah sanksi ataupun denda. Pemerintah juga menutup pasar selama masa PSBB awal dan itu membuat berkurangnya angka penjualan.
Pada hari raya idul fitri tahun 2020 sebenarnya adalah hari dimana biasanya penjualan krecek rambak meningkat drastis dan para pengusaha biasanya memiliki omset sebesar 50-100 jt per minggu. Akan tetapi dengan adanya pandemi covid - 19 penjualan pada saat hari raya idul fitri sangatlah berkurang drastis dan banyak pengusaha krecek rambak tidak meneruskan produksinya hingga beberapa bulan dikarenakan penjualan yang sangat kecil.
Data ini menyatakan bahwa lebih banyak pengusaha krecek rambak  yang tutup sementara beberapa bulan. Dan juga dengan adanya virus ini para pemilik usaha krecek rambak harus siap dengan banyaknya pasar tradisional yang tutup karena pandemi yang makin hari makin parah, karena target utama para pengusaha krecek rambak adalah pasar tradisional.
"Dampak covid-19 sangat besar pada UMKM. Permintaan dan kegiatan turun signifikan. Bahkan menutup usaha karena cashflow sangat sulit. Distribusi bahan baku sangat susah dan barang modal juga susah" ujar Staf Khusus Kementerian Keuangan, Yustinus Prastowo dalam diskusi virtual. Karena kebanyakan pengusaha krecek rambak bahan baku kulit sapi itu impor dari china. Dan karena adanya pandemi, semua bahan baku tertahan di bea cukai dan para pengusaha susah mencari alternatif bahan baku.
Kebanyakan dari mereka tidak dapat melanjutkan usaha karena kehabisan modal belum lagi untuk membiayai para karyawan sehingga banyak karyawan di berhentikan karena produksi yang macet.