Mohon tunggu...
Muhammad  Arsyad
Muhammad Arsyad Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang kapiran dan serabutan

Seorang kapiran dan serabutan. Masih Kuli-ah di IAIN Pekalongan.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Alasan Kota Bikini Bottom Belum Melakukan Karantina Wilayah

16 April 2020   19:54 Diperbarui: 16 April 2020   19:54 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bikini Bottom dilanda pagebluk, kota ini diserang nematoda. Namun, melalui surat edaran dan surat elektronik yang disebar oleh bagian humas Pemerintah Kota (Pemkot) Bikini Bottom, walikota menegaskan tidak akan melakukan karantina wilayah. Meskipun kenyataannya nematoda sudah menyerang beberapa penduduk. Tanaman-tanaman di jalanan juga habis dimakan nematoda.

Alasannya, Walikota Bikini Bottom merasa belum mampu memenuhi kebutuhan warga Bikini Bottom selama menerapkan karantina wilayah. Walikota telah mempelajari resiko dari karantina wilayah. Kota tetangganya, Rock Bottom sudah melakukan karantina wilayah. Walikota Rock Bottom menutup semua akses keluar masuk kota.

Akibatnya, aktivitas warga Rock Bottom sedikit terganggu. Perekonomiannya setengah lumpuh, dan beberapa pedagang kaki lima mengeluhkan dagangannya yang sepi. Tapi, Walikota Rock Bottom justru digambarkan oleh Kantor Berita Bawah Air (KB2A) sebagai walikota panutan, karena memberlakukan karantina wilayah. Resiko melemahnya ekonomi, dan kemungkinan membuat warga protes itulah membuat Walikota Bikini Bottom enggan memberlakukan karantina wilayah.

Bagi warga Bikini Bottom, keputusan walikota ini harus diterima. Lagipula, mereka lebih senang kalau kebijakan karantina wilayah ini ditiadakan. SpongeBob jadi bebas bermain di ladang ubur-ubur. Dia juga masih bisa menikmati hobinya memasak Krabby Patty di restoran milik Tuan Krab, meski gajinya menjerit.

Tidak mengkarantina wilayah, bagi Walikota Bikini Bottom artinya berdampak pada stabilitas ekonomi kota. Walikota menegaskan beberapa tempat wisata Bikini Bottom tetap dibuka, salah satunya kebun binatang. Kerang raksasa pelempar mutiara ratusan mil ke udara terancam nggak punya pekerjaan kalau kebun binatang harus tutup. Frank akan kerepotan mencari uang kalau toko mainannya tutup. Ia bingung menjual muntah palsu kemana lagi.

Pantai Lagoona Gon juga berpotensi sepi pengunjung. Penjaga pantai dan Larry pasti belingsatan mencari pekerjaan yang dapat dikerjakan di rumah. Larry nggak punya kemampuan lain selain berenang. Dia tak punya sertifikasi guru atau ijazah buat daftar ke dinas-dinas Bikini Bottom. Orang dalam juga nggak punya, jadi Larry akan di rumah saja memelototi lengannya yang berotot itu. Itulah alasan lain walikota memilih untuk tidak melakukan karantina wilayah.

Patrick, satu-satunya warga Bikini Bottom paling tenang. Dia nggak peduli seluruh kota dilanda nematoda jahat. Patrick juga mustahil merisaukan soal kebijakan. Sampai kapan pun dia tinggal di bawah batu, sesekali keluar cuma bermain bersama sahabatnya, SpongeBob. Mau ada nematoda atau tidak, Patrick tetap bisa "haha-hihi".

Apakah kebijakan walikota buat nggak mengkarantina wilayah disukai seluruh penduduk Bikini Bottom? Nggak juga. Nyonya Puffs, ibu-ibu pengajar di sekolah mengemudi, salah satu orang yang menyesalkan kenapa nggak ada kebijakan karantina wilayah di Bikini Bottom. Nyonya Puffs harus beraktivitas seperti biasa. Menjadi tenaga pengajar di sekolah mengemudi. Tahu apa yang menyebalkan?

Nyonya Puffs terpaksa bertemu SpongeBob Squarepants, muridnya yang selalu gagal dalam tes mengemudi. SpongeBob acap kali menjadi sasaran kemarahan Nyonya Puffs. Beliau sering mangkel pada SpongeBob, karena nggak bisa ngerjain tugas. Setiap kali suruh nulis esai, SpongeBob malah gambar. Pernah sih, disuruh nulis esai tapi cuman mentok di satu kata doang. Walaupun setelah itu SpongeBob lebih suka nggambar, ya dia bakatnya gambar, kok.

Karena nggak suka dengan kerja walikota, Nyonya Puffs yang ternyata punya banyak anak buah, memerintahkan mereka untuk perlahan-lahan merongrong kewibawaan Walikota Bikini Bottom. Segitu jahatnya? Emang. Seluruh tayangan televisi di Bikini Bottom ia sabotase. Semua pemberitaan isinya menyudutkan walikota.

Membuat narasi kalau walikota kerjanya lambat, nggak becus, dan layak diganti. Pemberitaan ia propaganda untuk menyoroti kebijakan Walikota Rock Bottom yang dinilai tepat sasaran. Nyonya Puffs menaikkan berita jumlah korban nematoda bergelimpangan di jalanan. Ia juga menistakan imbauan walikota untuk memakai rompi anti nematoda yang sudah dibagikan gratis kepada penduduk Bikini Bottom.

Satu lagi penentang kebijakan Walikota Bikini Bottom. Siapa lagi kalau bukan Squidward Tenpoles, eh, Tentacle. Semua rakyat Bikini Bottom tahu, Squidward orangnya angkuh, nggak suka bergaul, dan lebih sering berdiam diri di rumah. Jarang mau diajak main SpongeBob dan Patrick. Ia malas-malasan setiap berangkat kerja, dan selalu tidur siang di kasir.

Karena nggak diterapkan karantina wilayah, Squidward saban hari terpaksa bertemu SpongeBob. Ia stres setiap bertemu spons kuning itu. Entah apa saja yang coba dilakukan SpongeBob buat menghibur Squidward, semuanya sia-sia. Dia diam mulu, nggak menggubris, malah tambah stres melihat tingkah tetangganya itu. Squidward bertambah stres lagi sesampainya di Krusty Krab menemui bosnya yang kikirnya Nangudzubilah Setan.

Saking stresnya, Squidward akhirnya melakukan gerakan-gerakan supaya walikota berubah pikiran. Dia ingin sekali kebijakan karantina wilayah ada di Bikini Bottom. Oleh karena itu, di tempat kerja sekali pun, Squidward mainan hape. Dia buka Twitter dan nge-tweet. Followers Squidward di Twitter ini diam-diam banyak juga, saya pernah dikabari, hingga tulisan ini saya buat saja, ada 700 ribuan followers. Belakangan Squidward dikenal publik sebagai influencer paling top.

Sebelum melancarkan aksinya via Twitter, Squidward menyuruh anak buahnya membantu para korban nematoda. Loh, sejak kapan Squidward punya anak buah? Ingat, dia kan bergabung di perkumpulan rahasia dan pernah diangkat menjadi ketua Komunitas Bulu Burung. Jadi wajar kalau Squidward punya banyak kolega.

Setelah jongosnya membantu korban yang kakinya hilang akibat dimakan nematoda, Squidward nge-tweet di akun Twitternya. Dengan ditambahi tweet yang seolah menggambarkan bahwa ini loh akibatnya kalau nggak ada karantina wilayah. Kaki orang bisa hilang diserang nematoda di perempatan Jalan Coral. Kemudian, netizen bakal komentar di bawahnya, dan menganggap Squidward ini orang yang berjasa.

Kendati tweet-nya terkadang keliru dan tidak tepat sesuai kondisi di lapangan, masih banyak warganet yang mendukung. Entah itu warga Bikini Bottom atau bukan. Sebagai influencer berpengalaman, Squidward ini ahli bergimik dalam tweet-nya. Kadang jadi penolong, sesekali berlagak jadi korban.

Squidward tanpa disadari juga sering diundang di acara televisi, bukan untuk main klarinet, tapi sebagai narasumber. Walau kelihatannya pendiam, dia kalau ngomong tajam—kasar dan jorok— sekali, kayak nggak mikir dulu. Eh, tahu-tahu omongannya dipercaya banyak orang. Ia pun tersenyum-senyum melihat orang lain banyak yang mendukungnya.

Squidward menilai walikota kerjanya lamban. Padahal dalam press release sudah menjelaskan, alasan lain kenapa belum ada karantina wilayah telah disebutkan di akhir kalimat, bahwa Walikota Bikini Bottom lebih menginginkan lockdown daripada karantina wilayah. Duh~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun