Mohon tunggu...
Marsellia Claudia
Marsellia Claudia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Turn everything into love

Everything is served honestly

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Dua

17 Mei 2021   23:05 Diperbarui: 17 Mei 2021   23:23 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua yang satu, sumber: pixabay

Dua petang ini kudapati elokmu tiada henti
Berlalu lalang sampai larut malam
Menjual tembakau mahal
Yang biasa dihisap konglomerat
Dan tembakau murah
Yang biasa dihisap buruh siang bolong

Dua petang ini kupandangi lekukmu lamat-lamat
Peluh menetes di atas es batu yang kauangkut
Masker basah kuyup
Meresap keringat yang tiada henti mengucur

Dua petang ini kutelusuri jejakmu hati-hati
Di atas ubin putih
Di atas jalanan penuh debu
Di bawah atap bumi Handayani
Merapal mantra
"Kita akan bertemu sepanjang hari di musim kemarau"

Dua petang lagi
Kau giliran menatapku lamat-lamat
Berandai bisa berbicara berdua
Di toko yang ramai
Atau duduk di pinggir pantai
Melihat gulungan ombak
Yang mencibir
"Kalian tak kan berjumpa setiap hari selama 4 tahun nanti"

Dua petang lagi
Kutemui kau di dalam rumahku
Memeriksa padu padan busanaku
Dari ujung bawah hingga atas
Makan telur dadar spesial sambil mencatat mimpi-mimpimu
Yang biasanya hanya tertempel di almari amigdala

Dua petang lagi
Kudengar pujian tulus dalam setiap usaha yang kubuat
Kusimak cerita tentang perokok konglomerat kurang ajar dan buruh baik hati
Kuantarkanmu pulang ke rumah di dini hari yang gigil

Dua petang lagi
Semua mimpimu akan nyata
Tidak ada lagi batas antara jarak, kecepatan, dan waktu.
Bukan lagi jarak sama dengan kecepatan kali waktu
Tapi rindu terselesaikan jika kecepatan dipangkat waktu

Dua menit ini ku jatuh cinta
Pada gigih galih dan sukmamu
Pada tiap aduh yang keluar dari mulutmu
Pada selipan gelagak tawamu yang mengajakku untuk terus bahagia meski kehilangan adalah keniscayaan

Dua menit ini ku jatuh cinta
Menulis sajak yang akan dibaca banyak mata
Untuk satu manusia di sudut kota

Dalam dua detik ini
Kusadari dunia sedikit kejam
Matahari hampir tenggelam
Merapal dan terus merapal
Menuju sepinya malam

"Fajar jangan dulu menyambut, lain hari saja, ya, kalau masih sempat?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun