Mohon tunggu...
Mar Sahid
Mar Sahid Mohon Tunggu... Guru - Profesiku pendidik dan penggiat literasi

Aku lahir di yogya 53 tahun lebih 5 bulan 7hari. Saat ini tinggal di pekanbaru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghadirkan Surga di Istana Keluarga

15 Juli 2020   08:37 Diperbarui: 15 Juli 2020   08:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Maryati Arifudin

Menulislah ketika Anda berada dalam suasana hati yang buruk atau cuaca yang buruk. Minimal tulisan itu, terasa manfaat bagi diri sebagai obat atau pengingat. Saatnya ini, kita berbuat  untuk satu kata sepakat.

Tulisan tidak harus untuk dipersembahkan untuk khalayak ramai. Tulisan bisa sebagai hadiah diri sendiri, minimal sebagai golden memories sejarah keluarga. Beri kenangan yang terbaik dengan mewujudkan buku buat keluarga. Membangun komitmen menulis dengan 3 T. Formula khusus dari Ustadz Cah tulis, tulis, dan tulis. Asah bakat bagi yang minat agar bermartabat.

Pak Cah tiap hari selalu menyajikan menu yang lezat. Menu motivasi diri membuat karya. Karya yang bermartabat sebagai bekal akherat. Movitasi yang manis disampaikan Beliau, " Penulis tidak mencari alasan untuk tidak menulis".

Buang jauh ternak alasan gantilah dengan ternak yang bermanfaat atau bermartabat. Buat karya berupa tulisan walau satu ayat setiap saat. Kondisi belajar daring atau luring memicu pernak pernik perselisihan. Kadang muncul tegangan rendah berbentuk sikap marah, gara-gara penggunaan gadget tidak terkelola dengan tepat.

Kutipan Beliau tentang John Ashbery menjadi pengingat. Saran John Ashbery, "Sangat penting untuk menulis ketika Anda berada dalam suasana hati yang buruk atau cuaca yang buruk. Bahkan jika Anda tidak berhasil, Anda telah melatih keterampilan untuk melakukannya kapan saja".

Tindakan sederhana mengingatkan untuk berbuat yang terbaik. Banyak fasilitas teknologi saat ini, guna mendukung program menulis. Kadang kita, sebagai pendidik sekaligus orangtua dari peserta didik belum optimal mengarahkan piranti gawai.

Gawai akses sebagai sarana awal mengenal huruf. Pengenalan huruf per huruf terbentukkah susunan kata.  Susunan kata-kata yang bermakna jadilah kalimat. Diharapkan bersama gawai mampu membiasakan diri untuk menulis dan membaca. Hal inilah, peran sebagai pendidik untuk menghadirkan surga di istana keluarga.

Membaca dan menulis bersama siapa? Pertanyaan ini menjadi motivasi diri menjawab tantangan Belajar Di Rumah (BDR). Jawaban lirik lagu pertanyaan diatas dapat terjawab pastilah bunda. Kenapa bunda? Karena bunda pendidik pertama dalam keluarga "Alummi madrasatulya.

Ajarkan menulis kesepakatan walau satu kata dengan secarik kertas warna. Membiasakan menulis dengan pena untuk melatih memikat makna. Menyelengi aktivitas karya melalui perangkat sederhana berupa kertas warna dan pena. Keterampilan bersama pena masih bermanfaat walau usia senja.

Sesuai tulisan Abdullah Taslim berupa syair tentang peran agung seorang ibu. Syair menyatakan: Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya. Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya. Perhatikan lirik lagu anak-anak ini! Peran seorang ibu sebagai pendidik jasamu tiada tara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun