Mohon tunggu...
Mar Sahid
Mar Sahid Mohon Tunggu... Guru - Profesiku pendidik dan penggiat literasi

Aku lahir di yogya 53 tahun lebih 5 bulan 7hari. Saat ini tinggal di pekanbaru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Matematika Membuatku Bahagia

10 Juli 2020   12:42 Diperbarui: 10 Juli 2020   12:33 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Matematika Kehidupan

MaryatiArifudin

Adakah ladang yang tidak pernah tandus dan tidak pernah kekeringan. Ladang itu setiap masa selalu subur sehingga mampu menghasilkan buah yang manis serta lezat. Ladang apakah itu?

Kelezatan hasil ladang tidak akan habis dalam jangka waktu yang cukup lama. Hasilnya, bisa dinikmati oleh siapa saja yang memandangnya apalagi bagi penggarapnya. Pasti jawabanya, macem-macem ada yang menjawab ladang amal atau ladang kebajikan. Tidak ada yang salah dijawaban di atas, namun aku menjawabnya ladang kehidupan. Apa saja wujud dari ladang kehidupan itu?

Menyikapi kehidupan pasti banyak cobaan dan ujian. Mas bro ku izin bertanya, " adakah kehidupan ini yang enak-enak terus?". Pasti jawaban yang tepat," Ntar kehidupan yang terenak di surga yang kekal". Mau hidup di surgakan? yaa ruh kita harus terpisah dengan jazad alias died atau menjalani kematian. Sudahkah kita siap menjalani kematian?

Kematian termasuk dalam ujian kehidupan untuk seluruh makhluk di muka bumi ini. Kapan batas waktu hidup, tidak ada yang mengetahui. Sesuai hadits shoheh masalah ruh urusan sang pencinta. Manusia hidup telah ditentukan kadarnya masing-masing. Kadar usia atau maut, rezeki dan jodohnya masing-masing. Tinggal kita mampukah menjadikan ladang kehidupan yang terbaik.

Kapan waktu meninggal si Fulan pasti semua manusia tidak ada yang mengetahuinya. Dalam surat Al Israa' ayat 85 yang artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Ruh, Katakanlah : "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit". Jika manusia mengetahui batas waktu usianya pasti akan mempersiapkan yang terbaik, karena pingin semuanya ke surga-Nya di akhir hayatnya.

Rahasi illahi yang namanya kematian itu! Sungguh kita kadang berusaha menenangkan diri menyatakan," Waktu hidup kita masih lama atau masih ada waktu untuk esok pagi".  Atau bahkan sering menunda-nunda kebaikan ataupun pekerjaan, akibatnya saat bekerja atau berbuat kebaikan belum maksimal. Muncul bisikan hati kita," Ntar, besokkan bisa diperbaiki!". Ingat yaa! Siapa yang menjamin hidup kita masih ada hari esok?

Andaikan kita mengerti besok akan tiada, pasti hari terakhir akan bekerja terbaik dan sesempurna mungkin. Minimal, sebagai kenangan kebaikan yang terakhir. Itulah, kita selalu menghitung-hitung umur kita bukan untuk menunjang mempersiapkan kematian. Namun, menghitung-hitung waktu itu hanya mengukur untuk kepentingan pribadi yaitu memuaskan hati saja. Sepertinya, kita belajar matematika sejak usia dini banyak salah konsep. Bagaimana ilmu matematika dasar agar tidak salah konsep?

Mengenalkan Kalimat Matematika

Kalimat matematika didekatkan dengan sang penciptap ilmu. Biasanya, awali dengan doa minimal basmalah untuk memahamkan konsep matematika dasar yang ber-Ketuhanan. Sekalian, menyampaikan pentingnya sila pertama Pancasila dalam pengamalan sehari-hari saat menanamkan ladang kebaikan.  Langkah-langkahnya bagaimana? Agar ladang tak bernah kering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun