Mohon tunggu...
marlodieka
marlodieka Mohon Tunggu... profesional -

Gastronomy Indulger - Movie Buff - Tech Savvy -Naked Traveler - Street Photographer

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Belajar Hidup Tanpa Uang (Tunai) di Swedia

4 Oktober 2017   16:53 Diperbarui: 23 November 2017   03:05 3169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Swedia mungkin istilah "cashless society" udah nggak asing lagi. Kalau rajin baca berita dari negara kita, hal ini menjadi salah satu wacana yang tak henti-hentinya menjadi pembahasan hangat di media-media tanah air.

Pemerintah Indonesia saat ini juga sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), atau bisa dikenal juga dengan "cashless society". Isu hangat tersebut berkisar dari biaya top-up kartu e-money, pembebasan biaya penggunaan kartu kredit hingga pemberlakuan pembayaran non-tunai di hampir semua jalan tol di Indonesia.

Uang merupakan salah satu sistem pembayaran yang terus berevolusi mulai dari bentuk koin dan uang kertas, cek/giro, kartu kredit/ATM, e-money, e-wallet hingga virtual currency seperti bitcoin. Dengan perkembangan zaman yang sangat cepat, sistem pembayaran "cashless" memiliki banyak keuntungan, seperti lebih praktis karena nggak perlu repot bawa uang tunai untuk bertransaksi. Selain itu, biaya transaksi secara cashless juga tidak mahal dan bisa memudahkan kita dalam memantau histori transaksi.

Cashless Society @marlodieka
Cashless Society @marlodieka
Berdasarkan Digital Money Index 2017, kesiapan cashless atau digital money suatu negara ditentukan oleh faktor-faktor antara lain dukungan pemerintah dan pasar, infrastruktur teknologi dan finansial, kemudahan penggunaan digital money dan juga kecenderungan masyarakatnya untuk beradaptasi.

Dalam indeks ini, Swedia merupakan negara di kawasan Nordic dengan peringkat tertinggi di antara Denmark, Norwegia dan Finlandia dalam hal kesiapan dan pelaksanaan digital money serta menjadi peringkat ke enam di dunia. Saat ini masyarakat Swedia sudah cukup terbiasa menggunakan sistem non-tunai di hampir seluruh transaksi, mulai dari belanja di supermarket sampai beli es krim di kedai pinggir jalan.

Cashless App Swedia @marlodieka
Cashless App Swedia @marlodieka
Sebagaimana dilansir media online The Guardian, bank sentral Swedia, The Riksbank, mengungkapkan bahwa nilai transaksi tunai di Swedia pada tahun 2015 tidaklah lebih dari 2% jika dihitung dari total keseluruhan transaksi di negara tersebut. Hingga tahun 2020, transaksi tunai di Swedia pun ditargetkan hanya mencapai 0,5% dari total transaksi.

Pusat perbelanjaan maupun pertokoan di Swedia juga hanya menunjukan nilai transaksi tunai kurang dari 20%, di mana angka ini cukup jauh di bawah rata-rata transaksi tunai secara global, yaitu 75%. Hal yang lebih mengejutkan lagi, ternyata sebanyak 900 dari 1600 bank di Swedia sudah tidak menyimpan uang tunai maupun melayani setoran uang tunai.

Cashless Society @marlodieka
Cashless Society @marlodieka
Hidup tanpa uang tunai

Sebagai pelajar yang merantau untuk belajar ke luar negeri, khususnya Swedia, hidup tanpa uang tunai merupakan proses penyesuaian terhadap nilai-nilai budaya setempat. Di masa awal hidup di Swedia saya sempat cukup lama menyimpan uang tunai dalam bentuk Swedish Krona (SEK) di dalam dompet.

Namun, dengan banyaknya transaksi yang dilakukan secara cashless di berbagai tempat, saya pun memutuskan untuk tidak lagi menyimpan uang tunai dalam jumlah yang terlalu banyak. Biasanya saya menyimpan sekitar 50-100 SEK saja untuk beberapa toko yang masih membutuhkan uang tunai walau nyatanya bisa tidak terpakai sampai berhari-hari karena jarang dibutuhkan. Hidup di negara yang serba cashless, kuncinya adalah memiliki rekening bank.

Mulai dari belanja di supermarket, isi ulang atau membeli kartu transportasi, bayar taksi, isi ulang pulsa, makan di kantin kampus, semua dilakukan dengan kartu debit/kredit bank baik Visa maupun Mastercard dengan sistem PIN yang kurang lebih hampir sama dengan di Indonesia.

Cashless Society @marlodieka
Cashless Society @marlodieka
Salah satu hal yang membuat cashless system di Swedia berbeda dengan Indonesia adalah penggunaan aplikasi di handphone sebagai sistem pembayaran. Konsepnya sama seperti aplikasi transportasi daring yang santer digunakan di Indonesia saat ini (Go-Jek atau GrabBike), namun bedanya kita menggunakan aplikasi tersebut untuk transportasi umum seperti bus atau kereta. 

Memanfaatkan sistem online banking dan mendaftarkannya pada aplikasi, tiket dapat langsung dibeli dalam bentuk QR code yang nantinya bisa di-scan pada QR reader di dalam bus atau kereta. Bahkan untuk kereta jarak jauh milik Swedia yang bernama SJ, kita tidak perlu repot untuk mencetak tiket karena QR code bisa ditunjukkan selama pemeriksaan tiket. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun