Mohon tunggu...
Marlina Eva
Marlina Eva Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang sedang mencari arah hidupnya.

www.kompasiana.com/marlinamarlina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pulang

16 Mei 2021   15:07 Diperbarui: 19 Mei 2021   15:48 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi macetnya mudik Lebaran (Sumber: GridOto.com)

Serunya mudik! Pulang ke kampung halaman atau mudik sudah menjadi bagian dari acara rutin tahunan Lebaran. Tahun ini berarti sudah 2 Lebaran berlalu sejak COVID-19 menyerbu dunia. Sama seperti tahun lalu, Lebaran tahun ini pun larangan mudik ditekankan oleh pemerintah demi mencegah penyebaran virus yang lebih luas. Sudah setahun berlalu dan rasa-rasanya kita sekarang lebih terbiasa dengan sesuatu yang serba online, dari belanja sayur online sampai reuni online. Meskipun demikian tetap saja banyak orang yang merasakan betapa pentingnya mudik di saat Lebaran karena momen bertemu kembali sanak keluarga, melepas rindu dan bersilahturahmi di hari yang fitri rasanya tidak afdol bila dibatasi oleh layar handphone atau laptop.

Pulang ke rumah…. Ada perasaan campur aduk saat melihat rumah kembali setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun meninggalkannya. Ada rindu. Ada haru. Ada menyesal. Ada bahagia. Ada bersyukur. Ada sesak yang ga bisa diucapkan. Teringat dulu. Teringat orang tua. Teringat saudara. Teringat kenangan manis. Teringat kejadian pedih. Campur aduk.

Saya pun menyempatkan diri untuk pulang kemarin. Bukan mudik ke kota lain, namun hanya mengunjungi rumah orang tua kami yang sudah kosong. Sejak ibu meninggal tahun lalu, semua orang berpesan agar kami merenovasi rumah supaya ayah punya suasana baru dan tidak teringat terus akan ibu. Namun karena pandemi serta satu dan lain hal, kami pun memutuskan untuk memindahkan ayah ke tempat lain daripada merenovasi rumah. Jadilah rumah itu pun kami tinggalkan dengan kondisi sama seperti sewaktu ibu masih hidup.

Pulang kembali ke rumah itu, seperti halnya mudik, saya selalu merasa sesak di dalam dada. Campur aduk. Semua kenangan masa lalu kembali berseliweran di depan mata. Masa kecil. Masa remaja. Saat masih lengkap sekeluarga di sana. Saat ada yang pergi. Campur aduk. Kadang saya merasa takut pulang ke rumah kosong itu, karena tidak mau mengingat masa lalu. Setiap sudutnya menceritakan peristiwa. Setiap barang menghadirkan kenangan. Namun kemarin entah kenapa, rasa sesak itu tidak tertahan lagi di tenggorokan. Sesak yang ada dalam hati perlahan mengalir keluar dan diganti dengan rasa damai. Saya merasakan masa lalu itu tapi mencoba untuk tidak lagi menggenggamnya erat. Saya belajar melepasnya. Biarlah masa lalu menjadi milik masa lalu. Sudah waktunya saya bergerak maju.

Pulang ke kampung halaman secara fisik memang memberikan banyak dampak kepada kita. Kita bertemu kembali dengan orang-orang yang kita sayangi setelah sekian lama berpisah. Rasa haru dan rindu menjadi satu, dan kata maaf pun terucap. Jika pulang secara lahiriah itu penting, bukankah pulang secara batiniah lebih penting lagi? Kepada siapa kita harus pulang? Kepada diri sendiri. Pulang kepada hati yang selama ini mungkin kita abaikan suaranya, yang kita tidak hiraukan tegurannya. Kepada siapa lagi kita harus pulang? Kepada Sang Pemilik Kehidupan kita. Bukan pulang dalam arti “berpulang untuk selamanya”, namun pulang kepada dekapan Sang Ilahi yang telah kita tinggalkan selama ini, namun yang masih dan selalu menanti kita untuk kembali.

Hari ini mungkin stasiun dan jalan tol ramai dengan orang yang balik kembali ke Ibukota setelah mudik Lebaran. Esok sudah mulai hari yang baru untuk bekerja kembali. Bagi Kompasianer yang mudik ataupun yang tidak mudik di Lebaran tahun ini, selamat pulang kembali ke “rumah” kita masing-masing di mana pun kita berada. Mudik memang dilarang oleh pemerintah, namun kita tetap dapat pulang ke diri sendiri dan Tuhan setiap saat.

Dan kembali rumah kosong kami, saya menguncinya dan memandangnya dengan kasih. Terima kasih atas kenangan-kenangannya ya. Saya akan kembali untuk menengokmu lagi… soon…  

Minggu, 16 Mei 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun