Mohon tunggu...
Marlina Eva
Marlina Eva Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang sedang mencari arah hidupnya.

www.kompasiana.com/marlinamarlina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Hey You...Please Forgive Me"

14 Mei 2021   13:00 Diperbarui: 24 Mei 2021   16:02 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagi pikar pikir apa yang kira-kira dapat saya lakukan untuk melupakan masalah yang rasanya bikin otak kayak benang kusut, saya terpikir untuk menulis lagi. Tiba-tiba saya teringat kalau saya rasa-rasanya pernah mempunyai akun di Kompasiana dan pernah pula menulis. Ketemulah si akun lama dan saya seperti orang yang pertama kali melihat cermin setelah 5 tahun gak pernah ngaca. 

Tertampar. Siapa yang menulis "Sadar"? Saya.

Lima tahun lalu saya mengajak Kompasianer untuk bangun dan berani untuk mulai apa saja dan "don't just stare at life while it passes before you". Tapi apa yang sudah saya lakukan ya? Saya tidak melakukan apa-apa. Akun nya pun tidak pernah lagi saya buka. 

Saya melihat ke dalam cermin. Ada diri saya di sana. Berantakan. Juga saya melihat kelebatan peristiwa-peristiwa dalam 5 tahun ini, ups and downs nya, the gist of my life... dan saya melihat diri saya lagi di sana. Berantakan. Mungkin karena selama ini saya tidak bercermin, sehingga saya tidak tahu bahwa di sana sini sebetulnya ada yang harus dibetulkan. Pakaian yang miring. Jerawat batu. Muka berminyak. Rambut acak-acakan. Alis yang udah mulai gondrong ga jelas. Kerak bekas air mata di pelipis. Kantung hitam di bawah mata... 

Hari ini sunyi sekali karena hari pertama Idul Fitri. Meskipun saya tidak merayakannya, namun saya selalu suka suasananya. Setelah semalam-malaman takbir berkumandang, the sweet sound of silence pada keesokan paginya terasa begitu syahdu, begitu merindu. Tidak banyak pekerjaan yang menunggu saya, namun saya jadi punya waktu lebih untuk bercermin. Saya melihat wanita di cermin itu dan saya meminta maaf kepadanya. "Maafkan saya... Banyak kesalahan yang sudah saya perbuat kepadamu. Saya sudah mengabaikanmu, saya tidak peduli kepadamu... Maafkan saya..." Saya yakin pemaafan yang paling mendasar, bukanlah memaafkan orang yang bersalah kepada kita, namun bagaimana kita dapat memaafkan diri sendiri dulu. Berdamai dengan semua kesalahan diri dan kembali membasuh hati dengan penerimaan dan maaf adalah jalan pertama kembali fitrah.

"... Idul Fitrah bisa dimaknai kita kembali ke jati diri kita yang paling orisinal dan genuine. Kita kembali kepada keluhuran hati nurani, kembali ke dalam suasana batin paling luhur dan lurus" - Nasruddin Umar, Imam Besar Mesjid Istiqlal, Jakarta (Sumber: https://mediaindonesia.com/renungan-ramadan/404641/apa-arti-kembali-ke-fitrah)

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442H bagi Kompasianer yang merayakannya. Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.

Kamis, 13 Mei 2021.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun