Mohon tunggu...
Marlina Bayakmiko Septiansyah
Marlina Bayakmiko Septiansyah Mohon Tunggu... -

Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain hanya sementara. Pemahaman dan penerimaan yang tulus dari kejadian menyakitkan itulah yang abadi. (Rembulan Tenggelam di Wajahmu) Mahasiswa UIN Jogja Angkatan 2015 Prodi Ilmu Komunikasi yang sedang belajar menulis.. (:

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review : Rembulan Tenggelam di Wajahmu “Melihat Apa yang Tidak Terlihat”

21 November 2015   23:06 Diperbarui: 22 November 2015   06:42 3642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: “Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia ke-hidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertama-mu?”

Itu adalah sepenggal paragraf di sampul belakang novel berjudul Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya novelis Tere-Liye. Kata-kata itu juga yang menggerakkan saya untuk membaca novel ini. novel yang membuat jiwa “kepo” saya muncul.

Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang pria yang bernama Rehan Raujana atau yang biasa dipanggil Ray. Pria itu berumur enam puluh tahun. Dia adalah seorang Pria pemilik kongsi bisnis terbesar yang pernah ada. Pria pemilik imperium terbesar yang menggurita. Yang sayangnya, sedang sekarat.

Malam itu adalah malam menjelang hari raya. Saat hujan masih membuncah mengguyur kota itu . saat itu semua.. sang pasien alias Ray yang sedang sekarat terbangun. Tetapi anehnya yang dia lihat bukanlah kamar rumah sakit tempat dia dirawat. Dia justru berada di tengah keramaian, tepatnya di sebuah terminal kota. Dan dia tidak sendirian. Dia bersama dengan seseorang yang berwajah menyenangkan. Seseorang yang memberinya kesempatan menanyakan rahasia kehidupan dan menjawabnya.

Awal kisah ini bermula di sebuah panti asuhan yang berada di sebuah kota kecil. Tempat Ray dibesarkan hingga remaja. Tempat dimana awal penyiksaan dan penderitaan yang Ray rasakan. Tempat dimana Ray menjadi seorang pemberontak dan pembangkang. Tempat bermulanya pertanyaan pertama Ray.

“Pertanyaan besar pertama dalam hidupmu, Ray..Kenapa kau harus menghabiskan masa kanak-kanak di tempat itu? Mengapa panti Asuhan yang menyebalkan itu? Kenapa tidak di tempat lain..Apakah kau memang tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih saat dilahirkan..

Kenangan di panti asuhan dan terminal pun berlalu, pertanyaan besar pertama Ray telah dijawab oleh Orang dengan wajah menyenangkan itu. Penjelasan-penjelasan akan masa lalunya membuat Ray kaget.Kehidupan Ray kemudian berlanjut di ibukota, ia tinggal di Rumah Singgah, sebuah tempat yang membuatnya merasa memiliki Keluarga.

Di tempat ini dia berkesempatan untuk bersekolah meski hanya sekolah persamaan. Tempat yang sangat dirindukan oleh Ray. Dimana dia benar-benar merasakan janji kehidupan yang lebih baik. Dan di tempat ini pula Ray memutuskan akan membela seluruh anak di rumah singgah dari siapa saja yang berbuat tidak menyenangkan. Dia bersumpah.. Dan ada satu ketika dimana dia menepati janji itu, akan tetapi menimbulkan masalah-masalah baru di hidup Ray... Hingga muncullah pertanyaan kedua..

“Apakah hidup ini adil?...”

“Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk meski tidak semua bentuk kita bisa kenali. Tetapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun