Mohon tunggu...
Marlianto
Marlianto Mohon Tunggu... Buruh - Apa...

Mencari titik akhir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Warisan Leluhur (Hal 14)

21 Desember 2019   06:19 Diperbarui: 21 Desember 2019   06:23 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Bukankah wanita yang berjalan keluar bersama Ambakama tadi, adalah si Dewi Kembang?"

"Ya..." jawab si pelayan. "Dia pengunjung khusus di lantai dua. Ada pertemuan para d'han disana."

Bagasiwi hanya mengangkat alisnya, menganggukkan kepala, lalu berkata,

"Aku pesan makanan dan minuman seperti biasanya, buatkan untuk kami berempat. Aku lagi buru-buru, waktuku hanya setengah jam, bisakah kau membuatnya lebih cepat?"

Si pelayan mengernyitkan dahi, tapi setelah menerima tip yang menurutnya berlebih-lebih, diapun bergegas meninggalkan meja Bagasiwi, menyiapkan pesanan.

Pesanan akhirnya telah dihidangkan. Karena perintahnya tidak boleh melebihi setengah jam, maka makanan itu dengan cepat dilahap habis oleh mereka. Tidak sampai setengah jam mereka sudah meninggalkan kedai, kembali ke kereta.

Ketika kereta kuda itu berjalan, Bagasiwi merasakan kalau didalam kereta sekarang tidak kosong lagi, sudah ada muatannya. Tapi entah apa muatan itu? Dia tidak boleh tahu.

 Disaat tengah hari, mereka sampai di pintu gerbang sisi utara kota Yomastair. Tampak delapan petugas berjaga disana. Dua orang bertugas menarik pungutan dari para pelintas gerbang. Didalam pos penjagaan yang letaknya tidak jauh dari pintu gerbang, sejumlah petugas lainnya berada, mereka sedang menunggu giliran jaga. Dan beberapa petugas lainnya sedang menghitung hasil pungutan shif jaga hari itu, nanti semua hasil akan dibagi rata kepada yang bertugas di hari itu, tentu saja setelah dipotong lebih dulu untuk bagian komandan.

Ada dua lajur pelintasan di pintu gerbang itu. Satu untuk jalur keluar, satunya lagi jalur masuk. Dua jalur saat ini keadaannya sedang penuh dengan antrian yang mengular. Macam-macam yang sedang mengantri disana, ada para pedagang, pelancong, berjalan kaki atau berkuda, ada iring-iringan kereta kuda, pedati, dan rombongan lainnya.

 Kereta Bagasiwi sendiri terjebak dalam situasi ini, dia berada ditengah-tengah jalur antrian keluar yang panjang. Sambil menggerutu dia turun dari kereta, berjalan dengan cepat, langkahnya lebar, menuju ke pos penjagaan. Dua petugas tampak sedang asik ngobrol,  sambil menyandar pada tiang, letaknya cukup jauh dari pintu pos yang tertutup. Mereka tidak memperhatikan kedatangan Bagasiwi, yang sudah berada di belakangnya.

Bagasiwi berdehem dengan keras mengejutkan dua petugas itu, seketika mereka menoleh ke asal suara tadi, raut wajah dan sikap mereka siap-siap mendamprat. Tapi Bagasiwi mendahului bertanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun