Mohon tunggu...
Marlianto
Marlianto Mohon Tunggu... Buruh - Apa...

Mencari titik akhir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sang Warisan Leluhur (Hal 11)

3 Desember 2019   20:35 Diperbarui: 3 Desember 2019   20:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tuan, aku tidak menghilang, sekadar menjauh. Bila tahu diriku dinanti-nanti pria tampan bergelar sarjana, tentu perasaan sayang itu tak perlu kau pendam selama tiga tahun ..."

"Tapi rasa sayangku tiada pudar, Dewi Kembang. Selama itu peruntunganku mungkin jelek, hingga belum bisa bertemu denganmu. Tapi tekadku telah bulat, penantianku yang tiada akhir, tidak sia-sia, nasibku mujur, hari ini memetik buahnya. Seperti udara pagi berhembus mengetuk pintu hati, embunnya menetes meresap mengalir, membuka perasaan, menautkan dua insan, meminta bumi dan langit agar menjodohkan.

Dewi Kembang tercenung, kata-kata pria dihadapannya ini menghanyutkannya. Sedangkan Runa Kamalini termangu-mangu.

Daksa Ardhana semakin menggelora, "Berpasangan...ibarat langit biru dan awan putih, seperti kerlip bintang dan cahaya rembulan. Begitulah perasaan kita, terjalin tak terpisahkan...ini patut dirayakan, Dewi..." 

Dewi Kembang tak mampu berkata-kata, jiwanya serasa melayang, lamaaa menatap pria itu, ketika bicara, suaranya serak-serak basah," Bagaimana kita merayakannya...?"

Dia mungkin sudah membayangkan nikmatnya lidah pria putih tampan ini.

Daksa Ardhana mengulurkan sesuatu kepada Dewi Kembang," Terimalah ini..."

Tanpa basa basi dan tanpa berpikir seribu kali, Dewi Kembang menyambarnya.

Cincin emas berhiaskan bunga melati putih terbuat dari perak, kini berada ditelapak tangannya. Sungguh indah. Mata Dewi Kembang dan Runa Kamalini tak berkedip menatapnya..

"Pakailah di jemarimu..." ujar Daksa Ardhana, menyadarkan rasa kagum mereka.

Dewi Kembang dengan perlahan, mirip gerak lambat, memasukkan cincin itu ke jari tengah, sambil mendesah, diiringi kerlingan mata manja ke pria dihadapannya. Lalu memamerkan cincin yang disematkan ke jari. Daksa Ardhana seketika terpesona akan lentiknya jari-jari itu, ingin rasanya menjilatinya, lalu mengulumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun