Mohon tunggu...
Markhafa Anindira
Markhafa Anindira Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Sabar dan bersyukur

Ingin jadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nikmat

29 November 2020   11:01 Diperbarui: 29 November 2020   11:10 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fabi ayyi aalaa irabbikumaa tu kadzdzibaan,... Satu dari banyak ayat Al qur an yang terkenal,.. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan. Berbicara mengenai nikmat Tuhan mungkin kita sendiri tak dapat menghitungnya. Kadang kita juga tak menyadari ada begitu banyak nikmat yang Tuhan berikan pada kita dalam tiap menitnya. Nikmat bernafas,  nikmat sehat, nikmat keremu orang baik, ramah, dan tersenyum pada kita, dan masih banyak lagi nikmat Tuhan yang Dia anugerahkan kepada kita. 

Tetapi kadang rasa syukur kita akan nikmat Tuhan akan sedikit berkurang ketika kita melihat orang yang "kelihatannya " lebih beruntung dari kita.  Bahkan mungkin rasa syukur kita bisa berkurang banyak atau mungkin nyaris hilang. 

Kehilangan rasa syukur akibat melihat orang lain yang "kelihatannya " lebih beruntung dari kita itu sering terjadi pada saya.  Penyesalan demi penyesalan pun turut serta membuntuti rasa kurang bersyukur saya. Saya sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja sering kali melihat keberuntungan para tetangga. Orang lain yang dengan mudah berbelanja tanpa perhitungan,  orang lain yang bisa kesana kemari dengan kendaraan mereka,  orang lain yang bisa menuruti keinginan anaknya tanpa pikir panjang. 

Sangat berbeda dengan diri saya, harus berhitung tiap hari,  belanja tak boleh lebih dari sekian rupiah, hendak membelikan ban anak atau roda bantu untuk sepeda juga harus menunggu ayahnya terima gaji,  atau dapat pekerjaan tambahan.

Penyesalan pun sering membututinya. Menyesalnya saya yang mengecewakan ibu saya.  Menyesalnya saya yang  tak menyeleaaikan sekolah, sehingga tak punya pekerjaan.  Menyesalnya saya yang tak mau menabung saat dulu bekerja. Begitu banyak penyesalan dalam diri saya

Beruntung rasa tidak bersyukur berikut penyesalan yang menyertainya tak berlangsung lama. Karena perasaan tidak beruntung saya itu perlahan saya ubah menjadi kenikmatan hidup yang tiada tara. 

Ketika orang lain yang "kelihatannya " beruntung itu akan senang bisa bepergian kemana saja,  berlibur kemana saja,  membuat foto selvie dimana saja.  Saat diceritakan kepada anak cucunya mungkin akan terasa biasa saja. Apalagi sudah disertai dengan foto sebagai buktinya, anak mungkin tak perlu lagi mendengar cerita. Mereka sudah cukup dengan melihatnya dan mungkin bisa berpikir akan mengulang membuat foto yang sama. 

Bandingkan dengan orang-orang seperti saya. Betapa beruntungnya kami, mereka yang sedikit beruntung,  tak pernah merasakan arti perjuangan. Seperti saat kita menjalankan ibadah puasa, nikmat puasa akan kita rasakan saat kita berbuka.  Betapa senangnya kita sudah mampu melewati seharian berpuasa,  seteguk air pun terasa nikmat saat membasahi kerongkongan. 

Tak beda jauh juga dengan kehidupan orang -orang seperti saya. Akan terasa indah saat kami mampu melewatinya. Bahkan dengan sedikit sombong kami berkata,  Orang kaya tak pernah punya kenangan seperti kami.  Orang kaya mungkin tak pernah merasakan makan hanya dengan sambel atau bahkan hanya dengan garam demi menghemat pengeluaran sampai akhir bulan karena takut berhutang. 

Orang kaya mungkin tak harus seperti saya yang harus menunda membeli sesuatu hanya karena tak punya uang,  orang kaya mungkin tak akan pernah melihat meja makan kosong karena tak berbelanja karena tak punya uang,  orang kaya mungkin tak pernah merasakan menahan diri tidak menonton TV untuk menghemat token listrik yang sudah berbunyi,  sementara tanggal terima gaji masih beberapa hari lagi dan uang tinggal beberapa lembar uang sepuluh ribuan. 

Orang kaya juga mungkin tak harus memilih mana yang harus dibeli lebih dulu gas atau token listrik. Orang kaya jaman sekarang  mungkin tak mengalami memasak memakai kayu bakar untuk menghemat gas dan token listrik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun