Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Strategi Kuda Troya di Pilkada DKI

18 April 2017   08:44 Diperbarui: 18 April 2017   09:07 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: http://www.forumkotadigital.com

Situasi Pilkada DKI semakin panas, apalagi dari semua prediksi survei menunjukkan angka presentasi masing-masing kandidat masih dalam rentang presentasi kesalahan (margin of error). Ini berarti siapapun masih belum bisa mengklaim menang karena semua bisa berubah pada saat pencoblosan besok. 

Dalam kondisi ini maka nampaknya semua usaha dan strategi dikerahkan oleh masing masing pendukung. Kalau kita lihat banyak hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi untuk Pilkada DKI sebagai hal yang pertama dalam sejarah Pilkada di Indonesia. Memang banyak hal yang menjadi pertaruhan dalam pilkada ini. Walaupun ini terjadi di DKI tapi hasil dari Pilkada ini  pasti akan merubah peta perpolitikan dan kehidupan berbangsa di Indonesia. 

Dari sekian strategi yang dilancarkan,  entah kampanye hitam atau putih, nampaknya hampir semua strategi tersebut  sudah terbaca karena pernah dilakukan sebelumnya, walau dalam intensitas berbeda. Isu agama, sara dan golongan yang sebenarnya paling berbahaya dalam menjaga kesatuan negeri ini justru menjadi primadona dalam strategi tersebut. Karena memang pada saat persaingan itu tidak selevel dalam program dan rencana kerja maka isu-isu primordial ini adalah cara paling ampuh untuk mempengaruhi pilihan masyarakat yang pada kenyataannya memang masih rentan terhadap isu-isu tersebut. Karena hanya isu inilah yang bisa menghilangkan rasionalitas dan membuat orang menjadi lupa bahwa sebenarnya Pilkada adalah pilihan kapasitas dan kepemimpinan bukan masalah primordial, ras dan golongan.

Namun setelah senjata pamungkas ini nampaknya juga tidak terlalu berhasil maka dicarilah strategi lain untuk mempengaruhi pilihan masyarakat, terutama masyarakat yang masih gampang termakan isu-isu tanpa berusaha kritis untuk melihat realita sebenarnya.

Dalam kondisi ini apa strategi super pamungkasnya? Strateginya adalah menjadi bagian dari yang mau dikalahkan, seolah jadi teman tapi menggunting dari dalam. atau strategi Kuda Troya. Strategi ini sudah terbukti dalam sejarah dapat mengalahkan pertahanan dan benteng yang paling kuat sekalipun. Logika dari strategi ini adalah: seolah mau berdamai dan menjadi teman, padahal sebenarnya adalah tujuannya adalah supaya mendapat kepercayaan untuk masuk, menyelundup ke jantung pertahanan lawan. Penyelundupan ini dilakukan lewat hadiah dan bungkus yang indah padahal di dalamnya ada racun dan senjata yang mematikan. 

Strategi Kuda Troya ini nampaknya sedang digunakan dalam Pilkada DKI pada hari-hari terakhir ini. Apa tanda-tandanya? 

Dua hari terakhir ini kita dihebohkan dengan temuan dan ditangkapnya bertimbun-timbun  dan bertruk-truk sembako, bahkan sampai sapi segala..... yang katanya untuk membeli suara pemilih pada hari pencoblosan besok. Kalau melihat modus yang terjadi kita patut bertanya-tanya: kok serangan sembako ini begitu gampang terdeteksi, menggunakan truk-truk besar dan oknum yang terlibat seperti sengaja menggunakan atribut yang mudah dilacak? Seolah mereka sengaja unjuk muka dan menyediakan diri tertangkap tangan.... 

Kalau mereka memang mau menyuap, mengapa menggunakan sembako yang gampang dilihat, mengapa tidak menggunakan uang yang lebih gampang disamarkan?  Padahal biasanya modus penyuapan dan serangan fajar seperti ini sangat sulit dilacak, bagai siluman dan hantu..... 

Strategi ini nampaknya sangat ampuh karena dengan mudah akan mendiskreditkan calon yang dituduhkan melakukan suap sembako ini. Dan seandainya terbukti maka sang calon bisa didiskualifikasi seturut UU Pilkada.

Kondisi saat inipun sangat ideal untuk melakukan strategi Kuda Troya tersebut karena partai-partai pendukung calon memang tidak secara bulat mendukung. Bahkan ada yang belakangan baru bergabung dan itupun mungkin masih secara paksa.... Tentu saja oknum-oknum ini dengan gampang dipakai sebagai agen ganda dan Kuda Troya.  Situasi menjadi lebih ideal lagi karena Timses resmi tidak bisa menjangkau dan mengawasi semua relawan pendukung, tidak ada garis komando yang  jelas, sehingga siapapun bisa mengklaim sebagai relawan atau simpatisan. Mereka hanya bisa menghimbau tanpa ada mekanisme jelas jika tindakan simpatisan dan relawan tidak sejalan dengan garis kebijakan calon....

Namun sebenarnya strategi ini gampang dipatahkan kalau masyarakat bisa lebih kritis untuk melihat persoalan ini secara rasional dan tidak hanya emosional. Dan tentu saja dengan tetap berpegang pada prinsip dasar untuk memilih pemimpin: lihatlah track record, komitmen, kepemimpinan dan program kerjanya bukan hal-hal yang dikaburkan oleh emosional yang menyangkut sentimen ras dan golongan.......

Moga warga DKI bisa memilih pemimpin yang benar-benar mau melayani dan terbaik bagi semua masyarakat.....***MG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun