Pecahnya perang terbuka antara India dan Pakistan menjadi penanda bahwa dunia saat ini benar-benar tidak sedang baik-baik saja. Ketegangan berkepanjangan antara kedua negara memang bukan hal baru, terutama sejak perpecahan India--Pakistan pada 1947 dan perebutan wilayah Kashmir yang terus menyulut konflik militer maupun diplomatik.
Namun yang membedakan kali ini adalah eskalasi terbuka dengan intensitas militer yang signifikan. Dunia menyaksikan dua negara bersenjata nuklir terlibat dalam konflik langsung, dengan potensi destruksi yang bukan hanya mengancam Asia Selatan, tetapi juga seluruh umat manusia.
Dalam situasi dunia yang sudah dipenuhi api di banyak titik, dari Ukraina hingga Gaza, munculnya konflik baru antara New Delhi dan Islamabad memperlihatkan bahwa tatanan internasional tidak cukup kuat untuk mencegah kekerasan sebagai jalan keluar.
---
Api Baru dari Kashmir
Eskalasi terbaru pecah setelah serangan teroris terjadi di kawasan Pahalgam, Kashmir, pada 22 April 2025. Sebanyak 28 orang, sebagian besar wisatawan Hindu, tewas dalam serangan bom yang diklaim dilakukan oleh The Resistance Front (TRF). India langsung menuding Pakistan berada di balik kelompok itu, menyebut keterlibatan jaringan Lashkar-e-Taiba yang kerap dilabeli sebagai proksi Islamabad.
Pakistan membantah semua tuduhan, bahkan menawarkan penyelidikan bersama dengan pihak internasional. Namun, tekanan publik dan politik di India membuat Perdana Menteri meluncurkan Operasi Sindoor---serangan udara dan rudal yang menargetkan sembilan lokasi di wilayah Kashmir Pakistan.
Sebagai balasan, Pakistan menyerang instalasi militer India dan menembak jatuh dua jet tempur. Perdagangan antarnegara dihentikan, komunikasi diplomatik dibekukan, dan yang paling mencemaskan: kedua negara secara sepihak mencabut perjanjian-perjanjian pengekang seperti Perjanjian Air Indus dan Perjanjian Simla.
Dengan kedua belah pihak meningkatkan kesiapsiagaan nuklir, perang ini berubah menjadi potensi bencana global.
---
Ketika Dunia Tak Lagi Punya Penjaga
