"Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!"Â -- pengumuman yang telah ditunggu dunia akhirnya berkumandang dari balkon Basilika Santo Petrus. Kardinal Dominique Mamberti, Protodiakon senior dari Gereja Katolik, menyampaikan kabar gembira itu: Gereja Katolik Roma kini memiliki seorang Paus baru. Dia adalah Kardinal Robert Francis Prevost, OSA, kelahiran Chicago, Amerika Serikat, yang memilih nama Paus Leo XIV.
Dengan terpilihnya Prevost, dunia menyaksikan untuk pertama kalinya seorang Paus berasal dari negeri Paman Sam, sebuah tonggak sejarah besar bagi Gereja Katolik global dan geopolitik spiritual masa kini.Terpilih dalam Waktu Singkat: Konklaf 33 Jam
Terpilihnya Paus Leo XIV berlangsung dalam tempo yang relatif singkat. Hanya dalam 33 jam setelah para kardinal memasuki Konklaf di Kapel Sistina---suatu durasi yang lebih cepat dibandingkan pemilihan Paus sebelumnya---asap putih muncul sebagai tanda telah tercapainya duapertiga suara untuk seorang kandidat.
Sejak wafatnya Paus Fransiskus, spekulasi bermunculan mengenai siapa yang akan melanjutkan takhta Santo Petrus. Nama Robert Prevost memang sempat disebut-sebut dalam daftar papabili---kardinal-kardinal yang dianggap berpeluang besar menjadi Paus---tetapi banyak pengamat tetap menganggapnya sebagai "kuda hitam". Namun, seperti biasa, Roh Kudus bekerja melampaui kalkulasi manusia.
Siapa Paus Leo XIV?
Paus Leo XIV lahir pada 14 September 1955 di Chicago. Ia adalah anggota Ordo Santo Agustinus dan sebelumnya menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, posisi penting yang mengatur pengangkatan uskup di seluruh dunia. Sebelum itu, ia juga melayani sebagai Uskup di Peru selama lebih dari satu dekade, menjadikannya tokoh yang memahami baik dinamika global maupun kebutuhan pastoral akar rumput.
Pilihan nama Leo XIV tentu bukan kebetulan. Nama ini terakhir digunakan lebih dari satu abad lalu oleh Paus Leo XIII (1878--1903), seorang reformis sosial yang menulis Rerum Novarum---ensiklik yang membela hak-hak pekerja dan menjadi fondasi ajaran sosial Gereja. Dengan memilih nama ini, Paus baru mengirimkan pesan kuat: bahwa ia siap memperbarui suara Gereja di tengah dunia yang makin kompleks secara sosial dan politik.
Tradisi Konklaf: Warisan yang Hidup
Pemilihan Paus adalah satu-satunya proses elektoral yang tidak berubah sejak Abad Pertengahan. Para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun (jumlahnya 128 pada konklaf ini) dikurung secara tertutup dalam Kapel Sistina. Tidak ada telepon genggam, internet, atau akses luar. Pemungutan suara dilakukan hingga tercapai mayoritas dua pertiga suara.
Tradisi ini menunjukkan bahwa pemilihan Paus bukan semata proses politik, melainkan juga discernment rohani mendalam yang memadukan akal sehat, pengalaman pastoral, dan ilham ilahi.
Simbol Amerika, Simbol Zaman