Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Virus Corona Menjadi Canda Jenaka, Pantaskah?

2 Februari 2020   18:09 Diperbarui: 2 Februari 2020   18:15 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: indozon.id

Ada hal yang sangat menggelitik rasa penulis saat ini. Ketika di forum - forum sosial media bermunculan olok - olokan dan canda seputar mewabahnya virus Corona. 

Satu dua kali penulis coba mengingatkan dalam sosial media yang penulis ikuti, namun ada yang menanggapi dengan ungkapan yang tidak simpatik. Sehingga ada rasa dilema, apakah canda itu harus diingatkan atau tidak.

Memang, rasa humor dan canda adalah tanda bahwa kita masih sehat secara rohani. Bahkan ada yang mengatakan bahwa tertawa dapat menyembuhkan banyak penyakit jasmani. 

Memang secara psikologis, apabila seseorang ditimpa nestapa, ada kecenderungan untuk coba menerima hal tersebut dengan melihat dari sudut positifnya. Dengan cara itu memang sakit akibat kesedihan bisa dikurangi.

Namun tentu saja canda dan tertawa ini haruslah pada tempatnya, jika tidak maka bisa saja ceria itu menimbulkan luka.

Contohnya adalah lelucon yang dipakai untuk menertawakan kasus virus Corona.

Mungkin maksud si pembuat humor adalah untuk menghibur dan bercanda, namun tema dan situasi nampaknya tidaklah pada tempatnya.

Ya, seharusnya wabah ini menyebabkan kita prihatin dan berduka. Karena akibat virus yang mematikan ini sudah jatuh banyak korban. Tentu saja membuat lelucon pada saat ada orang yang sengsara bukanlah canda yang tepat. Karena hal itu pastilah sangat menyakitkan mereka.

Jadi, berhentilah untuk membuat musibah ini sebagai bahan lawakan. Jika kita tidak dapat membantu mereka yang sudah menjadi korban, se kurang - kurangnya janganlah menjadikan para korban menjadi bahan tertawaan.*** MG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun