Besar kecilnya angka menentukan menang kalahnya kontestasi Pilpres. Semua orang tahu hal itu.Â
Namun, angka kemenangan yang berubah-ubah, tentu sesuatu yang layak untuk dipertanyakan. Karena setiap perubahan angka seharusnya punya alasan dalam proses perhitungan dan metode yang dipakai.
Kelihatannya tim Prabowo mempunyai reputasi tertentu dalam mengutak-atik angka kemenangan tersebut.Â
Mari kita telusuri dari awal misteri angka kemenangan tim Prabowo ini.
Sejak awal masa kampanye Tim Prabowo sudah mengeluarkan hasil tandingan yang berbeda dari hasil survei lembaga-lembaga independen. Semua hasil surveiereka itu dilabeli "hasil survei internal".Â
Biasanya angka-angka hasil survei itu dinyatakan oleh para politikus koalisi Prabowo tanpa menyebutkan metode, kapan dilakukan serta siapa nama orang di balik hasil survei tersebut.
Hasil itu secara bertahap bertambah sampai akhirnya dikatakan bahwa Jokowi sudah ketinggalan.
Puncaknya saat semua hasil quick count dari lembaga survei mengumumkan prosentase angka Pilpres yang memenangkan Jokowi dalam kisaran 54 - 55 %, tim Prabowo dengan percaya diri mengatakan hasil mereka bahwa Prabowo menang dengan angka 62%.Â
Angka itulah yang dipegang Prabowo untuk memproklamirkan kemenangannya.
Setelah ditelusuri dan dicari akhirnya muncul satu lembaga yang mengaku sebagai pemasok data hasil Survei ke tim Prabowo.
Lembaga Afiliasi Penelitian dan Teknologi (Lapitek) Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) kembali merilis prediksi hasil Pilpres 2019, berdasarkan survei form C1. Hasilnya pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno disebut unggul 62,20 persen, sedangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin 35,90 persen.