Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hilangnya Salah Satu "Tradisi" Mudik Lebaran

4 Juni 2019   09:03 Diperbarui: 4 Juni 2019   11:22 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Republika.com

Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata "mudik lebaran"? Pasti kata pertama yang terbersit adalah "macet".

Ya, kemacetan dan perjuangan selama di jalan dalam perjalanan mudik sudah seperti tradisi yang mewarnai perjalanan mudik lebaran. Sudah puluhan tahun hal itu terjadi dan seolah sudah menjadi tradisi.

Oleh karenanya, kemacetan sudah merupakan bagian dari ritual untuk kembali ke kampung halaman menjelang hari raya Idhul Fitri.

Untuk tahun ini rupanya "Tradisi" itu telah hilang. 

Karena sudah selesainya dibangun jalan tol yang menghubungkan destinasi - destinasi jalur mudik di Pulau Jawa dan Sumatra maka waktu tempuh bisa dipangkas. 

Juga adanya rekayasa arus searah pada saat padatnya para pemudik menyumbangkan kelancaran tambahan.

Biasanya ada para pemudik yang harus berjuang  sampai 2 hari baru bisa bertemu dengan sanak keluarga di kampung, saat ini jalur yang sama hanya ditempuh dalam waktu 6 - 8 jam saja.

Juga menurut laporan polisi, angka kecelakaan dalam periode waktu mudik yang sama berkurang sampai 88%.

Kita patut bersyukur karena saat ini bisa menikmati kelancaran jalur mudik berkat pembangunan infrastruktur yang sangat gencar dilakukan pemerintah Jokowi selama 4tahun ini. 

Walau ada yang mengkritisi, terbukti bahwa dengan pembangunan infrastruktur ini masyarakat bisa menikmati kelancaran dan kemudahan yang tertunda selama puluhan tahun. 

Sudah tidak terhitung jumlah nyawa yang melayang selama mudik dan besarnya biaya yang harus ditanggung dengan adanya kemacetan jalur mudik di masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun