Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

"People Power" Sebenarnya di Unjuk Rasa 21 - 22 Mei

25 Mei 2019   08:33 Diperbarui: 25 Mei 2019   09:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Okezone.news

Orang yang mendengungkan People Power dalam unjuk unjuk rasa 21 - 22 Mei adalah Amin Rais. Dia mengasosiasikan gerakan "People Power" untuk memprotes tuduhan kecurangan dengan gerakan masyarakat yang dimotori oleh mahasiswa pada tahun 1998 untuk menjatuhkan regime Orde Baru.

Jika kita lihat branding yang dipakai oleh Amin Rais ini secara obyektif adalah hal yang berbeda. 

Pada tahun 1998, regime Orde Baru dengan segala dampak politik, ekonomi dan sosial dari KKN serta korupsi ORBA telah membuat mayoritas masyarakat muak dengan regime ini. 

Usaha untuk melawan secara sosial dan politik sebenarnya sudah dilakukan oleh banyak pihak namun semuanya kandas. Para lawan politik Soeharto dibungkam dan dihilangkan dengan cara otoriter. 

Jelas sekali pada tahun 98 gerakan mahasiswa didukung oleh mayoritas masyarakat. Hal itu ditandai dengan dukungan materi dan semangat yang diberikan.

Bagi yang mengalami peristiwa itu, tentu masih ingat bagaimana masyarakat memberikan dukungan logistik berupa makanan dan minuman untuk aksi - aksi unjuk rasa mahasiswa dan pemuda saat itu. Banyak dapur umum dibangun agar para demonstran mendapatkan suplai makanan dan minuman.

Dukungan konsumsi inilah yang menjadi indikasi jelas bahwa para mahasiswa dan pemuda yang berunjukrasa sungguh membela kepentingan rakyat banyak. Masyarakat tidak segan mengeluarkan biaya dan materi untuk mendukung perjuangan itu. 

Boleh dikatakan inilah juga menjadi penanda jelas bahwa gerakan dan unjuk rasa itu merupakan People Power.

Dalam hal ini kita melihat situasi dan suasana yang berbeda dengan unjuk rasa tanggal 21 - 22 Mei. 

Rencana untuk berunjukrasa rasa saja sudah membuat masyarakat menjadi cemas. Hanya sekelompok orang yang terus menerus mengobarkan seruan untuk membenarkan gerakan itu. 

Jelas sekali embel - embel "rakyat" ditempelkan sebagai klaim untuk menunjukkan seolah - olah gerakan itu didukung oleh mayoritas masyarakat. 

Istilah "People Power" pun dibajak untuk membranding gerakan tersebut. Padahal yang mereka perjuangkan adalah kepentingan kelompok dan politikus tertentu saja.

Pada saat unjuk rasa terlaksana. Memang ada sumbangan konsumsi, namun yang melakukan itu adalah bagian dari kelompoknya, bukan masyarakat luas.

Sumbangan logistik konsumsi dan simpati justru ditunjukkan oleh masyarakat pada Polisi dan TNI yang telah melakukan pengamanan di unjuk rasa tersebut. Masyarakat memberikan bunga dan logistik untuk para petugas keamanan tersebut. Masyarakat melakukan itu sebagai tanda terima kasih karena polisi dan TNI telah memberikan rasa aman pada masyarakat banyak.

969f9f9a-5169-4a75-8e85-60e5491f7c02-169-5ce8a2266b07c53d43762326.jpeg
969f9f9a-5169-4a75-8e85-60e5491f7c02-169-5ce8a2266b07c53d43762326.jpeg
Ibu - ibu membagikan konsumsi ke Polisi di depan Bawaslu. Sumber gambar: detik.com

Dengan perbedaan sikap masyarakat ini sudah jelas bahwa People Power 98 dan "People Power" Amin Rais punya warna dan makna yang berbeda. 

People Power 98 sungguh "kekuatan rakyat" yang bersatu untuk melawan hal yang telah menyengsarakan masyarakat, sedangkan "people power" Amin Rais adalah klaim sepihak untuk kepentingan sekelompok orang saja.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun