Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Karangan Bunga sebagai Tanda People Power untuk Dukung KPU

20 April 2019   14:57 Diperbarui: 20 April 2019   17:06 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kumparan.com

Pemilu sudah usai. Hasil hitung cepat sudah memprediksi siapa yang jadi pemenang. Namun panasnya suasana belum hilang. 

Masing - masing pasangan sudah mengklaim kemenangan. Capres yang satu didasarkan atas hasil Quick Count lembaga survei sedang yang lain percaya pada real count survei internal.

Apakah itu berarti Indonesia akan mempunyai dua orang presiden? Tentu saja tidak. Hasil final dari KPU lah yang akan menentukan.

Karena posisinya yang amat sangat penting inilah maka tidak heran bahwa lembaga ini sedang jadi sorotan. 

Ada yang sudah sedari awal mencurigai KPU akan berbuat curang. Usaha - usaha untuk mendeligitimasi KPU pun terlihat nyata. Karena bagi mereka, jika KPU tidak dipercaya oleh masyarakat, itulah pintu untuk merebut kemenangan.

Namun banyak juga yang masih percaya akan independensi KPU. Mereka meyakini, walau punya kelemahan, KPU sudah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal.

Rupanya dukungan ini tidak hanya dilakukan lewat komentar dan chatting di media sosial. Karangan bunga yang berisi kata - kata harapan dan dukungan mulai memenuhi halaman depan KPU.

Karangan bunga untuk KPU adalah suatu tanda dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tentu ini patut kita hargai. Ini bagai People Power untuk mendukung KPU.

Biar bagaimanapun, KPU adalah aset demokrasi bangsa ini. Mereka harus didukung agar bisa bekerja secara profesional dan independen. 

Mencela dan curiga dalam hal ini bukanlah tempatnya. Jika ada kekeliruan dan kelemahan, tentu  perlu dikoreksi dan diperkuat. Bukannya justru dihambat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun