Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ibu Pertiwi Diperkosa Vs Ibu Pertiwi Berprestasi

8 April 2019   08:13 Diperbarui: 8 April 2019   08:29 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tempo.co.id

Pilihan narasi dan diksi di dunia politik adalah bagian dari strategi. Dengan warna narasi yang dipilih maka branding politikus akan tercipta. Tujuan tanda pengenal itu tidak lain sebagai cara untuk menarik simpati dan menaikkan elektabilitas.

Pilpres saat ini kembali diikuti oleh hanya dua kandidat. Karena hanya dua orang yang berkompetisi, maka hanya ada dua warna politik yang bersaing.

Kompetisi head to head ini memang cenderung panas karena mereka harus berhadapan satu sama lain, tanpa ada pihak ketiga yang ikut bertanding.

Ibarat sebuah pertandingan tinju, Sejak awal kampanye, Prabowo sebagai penantang sudah ambil peran menyerang dan Jokowi sebagai petahana di posisi bertahan. 

Dengan pilihan ini maka yang keluar dari mulut Prabowo adalah kritik - kritik keras terhadap apa yang dikatakannya sebagai kekurangan dan kegagalan sang petahana.

Karena karakter yang ada pada diri Prabowo maka kata - kata yang keluar seringkali sangat sangar dan cenderung vulgar.

Setelah mengeluarkan kata "ndasmu" yang memang kasar, Prabowo kembali mengeluarkan seruan vulgar "Ibu Pertiwi yang diperkosa".

Maksud Prabowo dengan ungkapan ini adalah karena saat ini, "Kekayaan kita diambil terus, hak-hak rakyat diinjek-injek, kepala desa dipanggil, diancam-ancam. Kiai-kiai, ulama, dikejar-kejar. Emak-emak ditangkap," 

Semua itu nampaknya sebagai ungkapan kemarahan Prabowo sebab memang beberapa orang pendukung nya sedang berhadapan dengan proses hukum karena kasus hoax, penghinaan dan pelanggaran UU Pemilu.

Istilah kasar dan vulgar seperti ini rasanya belum pernah dipakai oleh politikus lain pada saat berorasi di atas panggung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun