Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cinta Buta Ratna

5 April 2019   07:26 Diperbarui: 5 April 2019   07:54 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tempo.co.id

Ratna Sarumpaet adalah seniman. Ratna Sarumpaet adalah Aktivis. Ya Ratna adalah seniman aktivis. 

Kalau ada artis tiga jaman, maka Ratna adalah seniman aktivis tiga jaman. 

Tekanan pada HAM dan demokrasi pada regim Soeharto lah yang membuat transformasi Ratna dari artis panggung menjadi aktivis.

Semua regime setelahnya dia lawan, kecuali Megawati. Mungkin karena merasa sama - sama wanita.

Baca juga: Ratna Sarumpaet Aktivis yang Melawan Semua Penguasa

Melihat sejarah ini cukup mengherankan bahwa dia mendukung Prabowo yang notabene adalah lawannya saat dia terpaksa diasingkan ke luar negeri dan sempat mendekam di penjara wanita  Pondok Bambu karena dituduh sebagai ekstrimis oleh Soeharto, mertua Prabowo.

Saat dia mendapat masalah hukum, yang sebenarnya ada hubungannya dengan cara Ratna membela kelompoknya, tak seorang pun yang menjenguknya.

Saksi - saksi dari koleganya yang seharusnya meringankan justru bersaksi memberatkan dirinya. 

Ratna sempat menangis disidang karena ada saksi yang menurutnya telah berbohong. 

Saksi ini mengatakan bahwa dia sudah mendapatkan ijin dari Ratna untuk menyebarkan photo luka - luka wajahnya. Padahal Ratna tidak merasa dia telah mengijinkan hal itu.

Amin Rais yang dicium tangannya juga memberikan kronologi panjang lebar bagaimana Ratna menipu dirinya. 

Jelas kesaksian Amin Rais tidak membantunya untuk lolos dari hukuman. Beban salah hanya ada dipundaknya.

Namun Ratna tetap merasa puas dan dikuatkan oleh Amin Rais. Nampaknya ada rasa bersalah yang ingin ditebusnya.

Peristiwa hoax Ratna ini memang unik. Ada situasi yang memang tidak rasional jika digunakan akal sehat.

"Setanlah yang membisiki saya", ujar Ratna ketika ia mengakui kelakuan nya. Ada unsur spiritual yang terlibat, Amin Rais coba menjelaskan latar belakang  peristiwa itu.

Namun menurut penulis, kejadian hoax Ratna tidak terlepas dari suasana politik kelompok yang didukungnya.

Nampaknya untuk kubu ini ada tekad untuk menang. Kekuasaan yang jadi tujuan begitu merasuki mereka.

Di lain pihak mereka tahu dengan cara normal dan biasa hal itu hampir tidak mungkin. Ada kesan menghalalkan segala cara dipakai oleh para simpatisan. 

Maka hujan hoax, fitnah dan kampanye hitam serta ujaran kebencian pun mengalir deras. 

Baca juga: 

Hoax - Maaf, Fitnah - Maaf

Kondom pun Jadi Media Kampanye Hitam

Bukan hanya Ratna yang ketahuan melakukan penyebaran kebohongan itu. 

Ada hoax 7 kontainer kartu suara tercoblos, kabar bohong Jokowi melarang Azan dan mendukung perkawinan sejenis oleh emak - emak adalah sebagian dari fitnah tersebut.

Jadi ada semacam aura yang mendorong para simpatisan untuk secara kreatif melemparkan isu negatif di dalam kelompok itu. 

Jika pikiran pikiran negatif dan curiga ini tidak ada, maka peristiwa Ratna pasti tidak terjadi.

Kenapa?

Pertama,  Ratna pasti tidak pernah berpikir bahwa operasi plastik nya bisa digunakan untuk menjatuhkan kubu lawan. Karena dengan cara fair hal itu tidak masuk hitungan.

Fadli Zon tentu tidak langsung menyebarkan photo Ratna kalaupun benar itu korban pengeroyokan. 

Pikiran tanpa prasangka, akan membawa kasus ini ke Polisi untuk mengetahui siapa pelakunya dan apa alasannya. Bukan ke media sosial yang tujuannya adalah menyebarkan kecurigaan.

Namun karena melihat peluang kasus ini bisa jadi senjata menjatuhkan lawan maka memviralkan hal itu adalah cara yang ditempuh Fadli Zon.

Konferensi pers yang dilakukan Prabowo juga tidak akan terjadi, karena hal itu masih belum terkonfirmasi apakah memang akibat dari kubu sebelah. 

Menyebarkan ketidakpastian dan kecurigaan ke media masa jelas bertujuan untuk menyerang kubu seberang.

Tapi semua itu seolah normal sebab suasana dan aura yang ada di sekitar Ratna memang bagai ekstasi yang menghilangkan pikiran positif dan cara - sportif untuk memenangkan pertandingan.

Jadi sebenarnya, walau Ratna adalah pelaku kabar bohong itu, namun dia juga adalah korban pengaruh negatif lingkungan dan rekan kelompoknya.

Pada saat seseorang berusaha mencari cara curang dan trik untuk berbohong, maka dia akan hidup dalam suatu ilusi kebohongan itu. 

Kebohongan yang berulang dilakukan akan menyebabkan orang tersebut akan merasa kebohongan itu menjadi realita.

Saat inipun nampaknya pengaruh itu belum hilang.  Rasa setia kawan Ratna belum sirna. Meski dia ditinggal sendirian. 

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Ratna begitu yakin bahwa yang ia bela pasti dapat melakukan apa yang ia cita - citakan. Walau dia telah alami sendiri orang yang dia bela tidak berusaha membantunya.

Sampai kapan keyakinan itu tidak luntur?

Ya,  mungkin itulah namanya cinta yang terkadang memang buta.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun