Ini adalah tanggapan atas artikel yang menyimpulkan bahwa Jokowi tidak mau merangkul semua anak bangsa. Bahkan dikatakan narasi yang baru diucapkan Jokowi dengan mengatakan bahwa, "...apakah mau mendukung yang radikal - radikal itu", dia membawa perpecahan.
Pertama, penulis mau menelaah apakah benar ada kelompok radikal yang mendukung kelompok sebelah.
Untuk membuktikan ini sebenarnya tidak terlalu susah. Walaupun pasti disangkal, tapi kehadiran nya kasat mata. Bahkan pengadilan sendiri sudah memutuskan ada organisasi yang harus dibubarkan dengan motif demi menjaga keutuhan dan NKRI dari kelompok itu.
Sebagai kepala negara tentu Jokowi harus menjaga NKRI. Itu adalah tugas sesuai dengan konstitusi. Dalam peran ini sikapnya harus tegas dan tidak boleh ditawar - tawar lagi. Karena justru kalau dia berkompromi akan melanggar undang-undang.
Penulis secara pribadi melihat, kalau tuduhan bahwa Jokowi tidak mau merangkul anak bangsa yang berbeda adalah hal yang tidak benar.Â
Dari sikap, perencanaan pembangunan dan ideologi yang dia anut jelas sekali Presiden Jokowi sangat peduli pada kebhinekaan.Â
Sikap inklusifitas ini juga ditunjukkan nya dengan melakukan pembangunan tidak memilih hanya membangun di wilayah kantong - kantong pendukung nya. Dia membangun berdasarkan kan kebutuhan dan keadilan. Fokus nya justru di wilayah pinggiran yang hampir tak pernah tersentuh pembangunan sebelumnya.
Secara pribadi, keluarga kecilnya sendiri sudah membuktikan hal itu. Menantu nya berasal dari Sumatera.
Tentu sikap merangkul ini tidak bisa diterapkan bagi mereka yang mau merubah dasar negara dan mengancam NKRI. Bagi mereka, memang secara ideologi tidak berhak hidup di negara ini.
Dalam hal ini menghargai dan merangkul perbedaan bukan berarti menerima semua ideologi, termasuk yang yang bersikap radikal, ekslusif dan menentang perbedaan dan kebhinekaan.Â
Dalam arti tertentu, memang harus tetap dibuka pintu bagi mereka untuk mau berubah.Â