Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dunia Binatang di Kampanye Kita

10 Maret 2019   09:49 Diperbarui: 10 Maret 2019   10:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: paknewulan.wordpres.com

Orang Indonesia sangat pintar bermain kata - kata. Tidak heran kalau gaya komedi plesetan sangat digemari banyak orang. Saya tidak yakin model humor seperti ini juga bisa dinikmati orang lain.

Kata kiasan juga adalah akar sastra kita. Dan nampaknya hal itu masuk dalam kosa kata kampanye saat ini. Kawan dan lawan politik diberikan julukan masing - masing dengan istilah metafora.

Sebut saja beberapa istilah yang pernah muncul, seperti: pentol korek, bumi datar, onta dan yang paling fenomenal adalah cebong dan kampret.

Untuk dua kata terakhir, kita tidak tahu bagaimana hal itu bisa muncul. Terutama kata cebong yang identik dengan pendukung Jokowi. Kalau kampret sih memang sudah jadi istilah baku umpatan dan kata ejekan.

Kemungkinan kata cebong dihubungkan dengan kegemaran Jokowi memelihara katak dan melepasliarkan nya ke kolam. Beberapa kali kegiatan itu diliput media.

Untuk kata kampret sendiri sebenarnya dalam arti politik sekarang ini di mengerti berbeda. Karena kampret atau kelelawar jika hinggap di pohon atau jika istirahat mereka menggelantung atau terbalik, maka diidentikkan kelompok ini punya nalar terbalik atau irasional.

Sebenarnya persaingan dan saling dukung bukan hanya terjadi di Pemilu dan Pilpres kali ini, tapi rasanya suasana panas dan saling ejek dengan istilah dunia binatang baru kali ini terjadi. 

Dari sisi pendidikan dan kemajuan politik, penulis merasa ini adalah suatu kemunduran. Karena saling serang dari kedua pihak  yang terjadi sangat minim gagasan cemerlang dan adu argumentasi yang obyektif. 

Kebanyakan dari masing - masing pihak sudah pada sikap saling menutup diri. Tentu dalam suasana ini tidak ada ruang untuk berdiskusi menggunakan alasan obyektif dan nalar yang sehat.

Menarik sekali Kompasiana coba menjembatani ini. Karena komunitas dan orang - orang yang ada di sini pasti juga mempunyai pandangan politik sendiri. 

Dengan ruang khusus "Seberapa Greget Presiden Pilihanmu" Kompasiana sungguh jeli untuk bisa menyediakan ruang saling sharring pendapat dari pilihan politik berbeda. Dengan menuliskan opini mau tak mau harus mempersiapkan argumentasi yang lebih komprehensif dan teratur. Bukan hanya satu dua kata yang berisi umpatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun