Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perindo Mendukung Jokowi: Bidak Catur dan Kuda Troya?

4 Agustus 2017   10:42 Diperbarui: 4 Agustus 2017   10:52 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: http://warkoptroya.blogspot.co.id

Pilpres masih dua tahun lagi, namun panasnya momen peristiwa politik akbar ini sudah mulai terasa. Suhu politik  mulai terasa panas saat undang-undang mengenai syarat presentasi perolehan suara partai politik untuk boleh mencalonkan presiden diketuk. Respon atas itu berupa pertemuan antara Prabowo dan SBY membuat panasnya suhu politik semakin menjadi. Prediksi koalisi, para calon yang akan maju nanti pun berseliweran. 

Selain prediksi para calon, tema-tema yang akan diangkat pada saat kampanye pun mulai digoreng. Isu-isu hangat yang menghiasi media masa akhir-akhir ini nampaknya bisa menjadi tema kampanye: beras oplosan, kelangkaan garam, hutang Indonesia, penggunaan dana haji, melemahnya daya beli.

Peristiwa terakhir yang cukup menyita perhatian publik adalah gerakan berbalik arah atau putar haluan Perindo yang selama ini selalu berseberangan dengan pemerintah. Seperti halnya peristiwa politik lain, peristiwa ini pun mendapat komentar, analisa dan prediksi yang riuh. 

Semua ini menunjukkan bahwa memang langkah taktik dan strategi sedang dimatangkan untuk menghadapi Pilpres 2019. Ibarat permainan catur, bidak-bidak mulai digerakkan. 

Setiap gerakan pasti ada maksudnya, dan hampir pasti bukan suatu strategi yang linear di mana seperti dalam aturan permainan catur: apapun dilakukan demi mematikan sang raja lawan, bahkan dengan harus mengorbankan sang mentri sekalipun. Dalam gerak politik Perindo ini jelas ada yang "dikorbankan", yakni ambisi pendirinya untuk menjadi Presiden.  

Pertanyaan utama dalam gerak politik Perindo ini adalah: apa peran yang sedang dimainkan: bidak kuda, benteng atau mentri? Hanya peran raja walau samar tapi sudah terbaca, karena sampai saat ini belum nampak lawan yang setara dengan petahana. 

Tentu ada yang bertanya, mana mungkin Perindo mau mengorbankan diri untuk permainan ini? Sebenarnya tidak persis mengorbankan diri karena ada juga keuntungan politis yang diharapkan untuk didapat, terutama dengan adanya kasus hukum yang sedang melilit tokoh kunci partai ini. Dan pengorbanan ini menjadi kecil kalau dilihat tujuan sebenarnya yang ingin dicapai: merebut tampuk kekuasaan dalam genggaman kelompoknya. Jika saat itu terjadi maka tinggal melakukan belok arah politik lagi.

Dalam hal ini ada kebenaran dari suatu pernyataan, seperti yang tertulis di status FB temanku : "Politikus tidak  mengenal pertobatan. Jika ada perubahan sikap, konteksnya masih politis. Mungkin ia sedang menjadi Kuda Troya...".Seperti permainan catur, kemungkinan ini adalah strategi bidak catur yang mengambil gerak seakan mundur atau mengorbankan bidak namun dengan tujuan mengunci gerak sang raja lawan. 

Prediksi berlebihan? Tentu saja tidak jika kita melihat kenyataan yang terjadi selama ini, dengan bercermin pada sikap partai dan politikus di Indonesia yang sangat pragmatis dan tidak punya ideologi jelas, apalagi konsistensi dan integritas.  

Memang waktu jugalah yang akan membuktikan analisa dan dugaan di atas. Kita tunggu saja....

@Marius Gunawan 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun