Mohon tunggu...
M Aris Munandar
M Aris Munandar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Dosen

Ubi Societas Ibi Ius (Di mana ada masyarakat, di situ ada hukum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Seberkas Cerita dari Buku, "Akhir Itu Tiada"

23 Agustus 2020   15:18 Diperbarui: 23 Agustus 2020   15:29 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M. Aris Munandar dan Yuni Kartini (Penulis Buku: "Akhir Itu Tiada")

"Cinta menjadi kutukan abadi bagi manusia yang terlena dengan pertemuan, namun lupa akan kepergian dan kehilangan. Kita memang makhluk yang menyandang gelar ahli dalam melupakan. Tapi tidak luput dari pertemuan. Hidup terasa istimewa ketika pertemuan dengan sang pujaan hati telah mendekap dipelukan. Walaupun ketakutan mengenai akhir suatu hubungan selalu ada."

Buku ini merupakan kumpulan prosa atau kumpulan cerita romantis yang disajikan secara sederhana. Setiap bait tulisan diusahakan memberikan efek samping bagi pembaca. Tujuannya agar mereka merasakan cipta Tuhan yang tak ujung akhir. 

Cipta yang dimaksud adalah cinta dan pencari cinta. Perbedaan pandangan antara dua netra perempuan dan lelaki. Kedua makhluk itu memang sangat sukar menemui dekapan persamaan dalam memandang suatu hal. 

Tapi, dengan perbedaan itulah mampu menghasilkan sebuah rasa untuk saling melengkapi. Tentunya hal itu bisa tercapai jika ada pertemuan. Walaupun tidak semua pertemuan akan berakhir kebahagiaan, bahkan lebih sialnya lagi berujung perpisahan.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang spesial. Selain karena disertai akal, juga disertai perasaan. Dari perasaannya itulah sehingga menimbulkan usaha untuk bercinta. 

Semua itu murni terjadi sesuai hukum kodratnya sebagai ciptaan Tuhan yang penuh ketergantungan. Tentunya tidak ada manusia yang berharap usahanya mencari cinta sejati terhenti bahkan berakhir secara tragis. 

Walaupun sesungguhnya setiap pertemuan akan selalu disertai perpisahan. Itulah sebabnya banyak manusia yang gagal memaknai suatu hubungan, karena mereka hanya menghendaki pertemuan saja.

Seorang pujangga yang mencari cintanya di persimpangan jalan pasti akan selalu mengatasnamakan perasaan. Itu naluri seorang pecinta. Tapi tidak selamanya perasaan akan menuntun kita menuju kepada tunggal tak bernama yang didambakan. 

Mencari cinta tidak sekadar mengenai rasa, tetapi juga doa. Tuhan adalah sang pemilik cinta sejati. Sehingga tiada harap selain kepadaNya. Tuhan bukan pula tempat untuk bermain kata cinta, akan tetapi untuk meminta kekasih yang baik hati. Percuma kata-kata, kalau dusta menyertai.

Kami pernah merenungkan, bahwa sebenarnya hakikat cinta itu seperti apa? Apakah cinta menggambarkan pertemuan, perpisahan ataukah keabadian? Akhirnya karena kegilaan kami akan narasi cinta, sehingga tulisan sederhana ini yang sebagian kecil dari kenyataan disatukan menjadi sebuah naskah cerita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun