Namun, implementasinya kelihatan sekali hanya sebatas "mengelus" atau menghimbau dengan mengeluarkan berbagai macam kebijakan, hanya saja output dari kebijakan tersebut belum merujuk ke tahap "pembongkaran" atau eksekusi. Hal ini sangat nampak, misalkan, kebijakan pelegalan miras dan berkeinginan untuk memproduksi miras spesial dari NTT yang diberi nama sophia. Tapi hingga hari ini pun, "wajah si sophia" belum nampak di permukaan. Kemudian program english day yang pernah booming seisi jagad nusantara terkhususnya dikalangan pengguna media sosial, hingga ada yang bertanya "apakah para penjual sirih pinang di pasar inpres naikoten pun setiap hari rabu diwajibkan berkomunikasi menggunakan bahasa ingris?"Â
Rupanya masih simpang siur implementasi akan kebijakan english day. Seharusnya kebijakan ini lebih ditekankan kepada lingkup akademik, mulai dari tiSngkatan Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Yang di targetkan oleh Viktor Laiskodat untuk menjadikan NTT sebagai salasatu ikon daerah pariwisata di Indonesia ternyata hanya sebatas statmen. Belum ada hawa yang dirasakan sama sekali oleh masyarakat.Â
Di tahun 2018 lalu ia pernah berjanji akan melakukan perlawanan terhadap mafia human trafficking dengan melakukan moratorium pengiriman TKI. gubernur sekejab memulainya dengan menghentikan kepala dinas tenaga kerja dan trasmigrasi. Tentu saja ini adalah upaya yang sangat ageresif. Nampaknya setelah beberapa bulan kemudian, janji moratorium yang paling mendapat atensi publik, sirnah begitu saja tanpa adanya sebab dan akibat.
Disisi lain perlu kita maklumi dimana, masa kepemimpinannya Viktor Laiskodat dan Johanes Naisoi belum setahun menjabat dan masih memiliki waktu yang lumayan lama, kurang lebih 4 tahun. Yang artinya, hari ini kinerja dan staretegi ataupun juknis yang bakal diimplementasi masih pada tahapan konsultatif belum pada personalia atau eksekusi dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Namun saja yang diharapkan oleh masyarakat adalah keterfokusan atau kekonsistenan dalam menyelesaikan suatu problema yang ada, agar nuansa pembangunan tak kelihatan begitu carut marut bagai suasana pasar.Â