Jumat, 14 Februari 2025
Kej 3:1-8; Mrk 7:31-37
Bacaan Injil pada hari ini berbicara tentang Yesus yang menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap. Tuli berarti memiliki ketidakmampuan untuk mendengar; dan gagap berarti memiliki ketidakmampuan untuk berbicara dengan lancar.
Ada satu detail kecil dari bacaan Injil hari ini yang menarik untuk kita renungkan. Yakni pada Mrk 7:33, di mana Yesus menarik orang tuli dan gagap dari keramaian orang banyak. Tindakan Yesus ini terbilang sederhana, namun sebenarnya menyimpan makna yang sungguh mendalam.
"Yesus memisahkan dia dari orang banyak" (7:33). Dalam beberapa kisah, Yesus beberapa kali mengasingkan diri dari keramaian. Setelah aktivitas di siang hari yang cukup melelahkan, Yesus sering mencari keheningan untuk berdoa. Tidak sekadar beristirahat, tetapi dalam keheningan Dia berkontemplasi.
Sejarah pernah mencatat bahwa kelahiran hidup bakti bermula dari kesadaran kaum awal hidup bakti yang penat dengan kesibukan. Mereka lalu melarikan diri (fuga mundi) ke padang gurun untuk mencari Tuhan dalam keheningan. Mereka menganggap, terlebih pasca Edik Milan, iman Kristiani malah mengalami penurunan kualitas. Murid-murid Kristus tidak lagi hidup dekat dengan Tuhan.
Yang hendak dikatakan di sini adalah ada kerinduan untuk tinggal dalam keheningan. Sebab di dalam keheningan Tuhan terasa lebih dekat dan lebih intim, serta suara Tuhan lebih mudah didengarkan.
Kata kunci penting dari bacaan Injil hari ini adalah KEHENINGAN, meski tidak tertulis secara eksplisit dalam teks. Tindakan Yesus memisahkan diri bersama orang tuli dan gagap bisa jadi memberikan makna tentang pentingnya keheningan. Kita bisa melihat bahwa orang tuli dan gagap ini tinggal di tengah-tengah orang banyak. Dalam arti, ada keramaian dan keributan yang membuatnya sulit mendengarkan yang lain. Ada keramaian dan keributan yang membuatnya sulit untuk berkata-kata lagi.
Orang tuli dan buta ini justru sembuh setelah hidup dalam keheningan. Di dalam keheningan, dia mengalami kesembuhan. Dari keheningan, telinganya bisa mendengarkan dengan baik; dan dari keheningan pula mulutnya bisa berbicara dengan lancar: Tuli lenyap, gagap menghilang.
Ada satu hal yang bisa kita perhatikan di sini. Orang banyak menjadi representasi dari riuhnya dunia sehingga orang tidak lagi mendengarkan (tuli) Sabda Allah dan mereka kesulitan untuk mengungkapkan (gagap) apa yang Tuhan inginkan kepada orang banyak. Alhasil, ketika Tuhan tidak lagi di dengar, orang akan sulit membicarakan tentang Tuhan.