Mohon tunggu...
Mario F. Cole Putra
Mario F. Cole Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa-siapa

Orang yang Biasa-biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Petani, Jika Hujan, Jika Tidak Hujan

15 September 2021   12:47 Diperbarui: 15 September 2021   12:48 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: manado.tribunnews.com

Sebagai anak petani, saya mengakui bahwa hujan adalah anugerah yang tak terkira dari Tuhan. Sang Pencipta memberi waktu bahwa ada satu fase untuk turunnya hujan. Sehingga di bulan September ini, orangtua saya sudah "mengambil ancang-ancang".

Ambil ancang-ancang itu berarti memikirkan apa yang mesti dilakukan. Misalnya membaca tanda-tanda alam, mulai berpikir untuk kapan membersihkan lahan, tanaman apa yang mesti ditanam, benda-benda apa saja yang dibutuhkan selama musim hujan, dan ancang-ancang lainnya.

Seminggu yang lalu, saya mendengar percakapan kecil-kecilan, sebuah percakapan lepas antara bapak dan mama. Tema percakapan biasa itu seputar kebun di belakang Gereja Paroki Sikumana. 

Sedikit samar saya mendengar kata "jagung", "ubi jalar", "kacang tanah", dan beberapa tanaman lainnya. Saya mendengar samar-samar karena harus mengikuti sekolah online. Jadinya, focus lebih ke sekolah.

Di antara percakapan itu, terdengar mimpi-mimpi mereka tentang hujan. Mereka sangat berharap agar hujan kali ini dapat turun konsisten. Tidak harus lebat sekali. Tetapi paling tidak bisa membasahi bumi dan perutnya yang telah terisi bibit.

Namun, terdengar kecemasan dan ketakutan pulan. Musim lalu, hujan tidak sedang dalam fasenya. Kemarau panjang benar-benar menjadi momok menakutkan. 

Bukan hanya keluarga kecil ini saja, tetapi para petani seperti kami di tempat lainnya. Selain hama, kemarau panjang adalah sosok yang menakutkan juga.

Hasil tahun lalu tidak seberapa. Biasanya, kalau panen jagung, bak truk tetangga yang kami pinjam bisa terisi penuh. Tetapi tahun lalu bak truk tidak terisi penuh.

Uang yang dihasilkan dari hasil panen juga tidak seberapa. Sehingga tahun lalu, bapak dan mama mencari alternative lain untuk bisa menghasilkan uang. Uang demi kehidupan kami.

Hasil tahun lalu menjadi pijakan bapak dan mama untuk berpikir tentang musim kali ini. Musim tahun lalu benar-benar menjadi pelajaran berharga karena berada di luar rencana, di luar ekspektasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun