Mohon tunggu...
Mario Putra
Mario Putra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sudah Saatnya Indonesia Punya Satelit Cuaca Sendiri

19 April 2017   19:29 Diperbarui: 19 April 2017   19:35 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Patut disyukuri bahawa Indonesia adalah posisi yang strategis karena berada diantara negara-negara yang memiliki bejibun satelit cuaca. Kondisi tersebut begitu nyaman karena Indonesia tinggal numpang di negara tetangga. Tetapi apakah kita mau jadi penumpang selamanya? Tentu tidak, Indonesia memiliki anak-anak bangsa yang berpotensi untuk menjadi tuan rumah dinegeri sendiri dalam hal sateit cuaca.

            Satelit cuaca adalah jenis satelit yang digunakan untuk memantau cuaca dan iklim bumi. Satelit ini merupakan satelit yang dapat memantau awan dan sistem cuaca , kebakaran, dampak polusi, aurora, badai pasir dan debu, salju, pemetaan es, batas-batas arus laut, aliran energi, dan lain-lain. Jenis satelit cuaca dapat dilihat dari orbit yang digunakan maupun dari ketinggian orbitnya. Bila dilihat dari jenis orbitnya satelit cuaca dibedakan menjadi satelit cuaca dengan orbit ekuatorial, inklinasi, polar dan orbit khusus. Berdasarkan ketinggiannya satelit cuaca dibedakan menjadi satelit cuaca dengan ketinggian Orbit Rendah (Low Earth Orbit/ LEO) berkisar antara  300 – 1500 km di atas permukaan bumi, Orbit Menengah (Medium Earth Orbit/MEO) berkisar antara 1500 - 36000 km diatas permukaan bumi, Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit/GSO) berkisar antara 36000 km di atas permukaan Bumi, Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO) berkisar antara 35790 km di atas permukaan Bumi, dan Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO) berkisar antara  36000 km diatas permukaan bumi.

Informasi dari satelit cuaca sangatlah penting untuk melakukan pemantauan terhadap kondisi cuaca dan iklim di bumi. Dengan adanya satelit cuaca, informasi mengenai suhu, angin, tekanan udara, badai siklon, titik api, dan lainnya lebih mudah diketahui sehingga prediksi cuaca dan iklim dapat dilakukan dengan lebih akurat, kualitas data yang diberikan akan lebih baik serta peringatan dini terhadap cuaca ekstrem seperti puting beliung bisa lebih cepat dilakukan. Hampir setiap negara maju telah memiliki satelit pengamat cuaca mereka sendiri. 

Contohnya Jepang dengan satelit Himawari 8-nya yang saat ini memiliki speed scan tercepat. Satelit Himawari mampu mengirim hasil pemantauan bumi tiap sepuluh menit sekali bahkan tiap dua setengah menit sekali khusus untuk daerah jepang. Selain itu negara asia lain yang telah memiliki satelit cuacanya sendiri antara lain Korea Selatan , China dan India. Kemudian ada juga satelit GOES milik NOAA dan NASA Amerika, METEOSAT milik eropa serta masih banyak lagi negara-negara lain yang telah memiliki satelit cuacanya sendiri.

Belum lama ini indonesia sudah meluncurkan satelit sendiri hasil pembelian dari asing oleh Bank Rakyat Indonesia yang berfungsi untuk kegiatan operasional perbankan yang dapat menjangkau seluruh pelosok negeri. Selain itu LAPAN dan ITB baru-baru ini juga telah meluncurkan satelit yang ditunjukan untuk riset vegetasi, lahan pertanian , dan sumber daya laut. Namun untuk satelit pemantauan cuaca, Indonesia sepenuhnya masih bergantung pada satelit Negara lain terutama pada satelit Himawari 8 milik Jepang yang mengamati wilayah pasifik barat atau sekitaran 108 – 180 derajat bujur timur . kemudian satelit Feng-yun milik China yang mengamati wilayah samudera hindia atau sekitar 36-108 derajat bujur timur  dan satelit milik NOAA Amerika.  

Satelit-satelit tersebut dipilih Indonesia karena daerah orbitnya mencakup wilayah Indonesia yang berada pada wilayah 94-141 derajat bujur timur. Dalam hal ini Indonesia dan organisasi tersebut saling bersimbiosis dengan Indonesia mendapatkan data citra satelit wilayah Indonesia dan satelit milik negara lain itu diizinkan untuk memantau wilayah Indonesia. Meskipun demikian data yang kita dapatkan tidak bisa kita atur sesuai keinginan dan kondisi geografis Indonesia karena itu bukan satelit kita. Padahal untuk satelit cuaca sangatlah penting untuk memantau pergerakan cuaca dan iklim Indonesia yang sangat dinamis dan cepat mengalami perubahan.

Kita ketahui bersama Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai pulau dan sangat rawan terhadap bencana. Bencana akibat fenomena meteorologi yang sering terjadi di Indonesia antara lain banjir akibat curah hujan yang berlebih, tanah longsor, angin puting beliung, badai siklon, kebakaran hutan akibat kekeringan , dan polusi asap dampak dari kebakaran tersebut  serta sebaran abu vulkanik akibat letusan gunung berapi dan masih banyak lagi fenomena-fenomena meteorologi yang sering terjadi di Indonesia. Dampak dari bencana diatas nyatanya telah menyebabkan kerugian dalam berbagai hal. Dampak yang paling besar antara lain jatuhnya korban jiwa akibat peringatan dini yang kurang cepat yang mengakibatkan keterlambatan evakuasi. Selain itu kerugian material akibat keterlambatan evakuasi juga tidak dapat diminimalisir. Dampaik lain dari tidak adanya perkiraan dan peringatan terhadap bencana yaitu dapat menimbulkan kecelakaan pada sektor transportasi dalam dunia penerbangan , pelayaran, maupun transportasi didaratan yang seharusnya tidak melakukan aktifitasnya dalam kondisi cuaca ekstrem. Selain itu bencana yang tidak diantisipasi sebelumnya akan mengakibatkan kerugian yang jauh lebih besar dalam sektor ekonomi, kesehatan dan lain-lain.

Apabila Indonesia telah memiliki satelit cuaca sendiri maka kita tidak perlu bergantung pada negara lain dalam kebutuhan citra satelit. Dengan demikian Indonesia mampu melakukan pengkondisian jenis pengamatan cuaca dan iklim sesuai kebutuhan waktu, lokasi dan karakteristik geografis Indonesia. Dengan demikian kita bisa mendapatkan data yang lebih spesifik disetiap wilayah Indonesia. Selain itu kita dapat memberikan informasi cuaca dan iklim di wilayah pasifik barat dan hindia kepada negara-negara lain dimana daerah ini merupakan daerah yang sering menjadi titik awal munculnya badai siklon yang dapat mmberikan dampak secara global. Oleh karena itu sudah saatnya Indonesia memberikan kontribusi terhadap pengamatan iklim dunia dengan meluncurkan satelit cuaca sendiri dan akan lebih baik jika satelit tersebut diproduksi oleh bangsa kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun