Mohon tunggu...
Mario Baskoro
Mario Baskoro Mohon Tunggu... Jurnalis - Punya Hobi Berpikir

Hampir menyelesaikan pendidikan jurnalisme di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Secara praktis sudah menyusuri jalan jurnalisme sejak SMA dengan bergabung di majalah sekolah. Hampir separuh perkuliahan dihabiskan dengan menyambi sebagai jurnalis untuk mengisi konten laman resmi kampus. Punya pengalaman magang juga di CNN Indonesia.com. Tertarik di bidang sosial, politik, filsafat, dan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Kecil dari Seseorang Muda yang Sempat Jauh dari Kompasiana

5 Maret 2018   23:19 Diperbarui: 5 Maret 2018   23:52 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Sejak diterbitkannya artikel terakhir penulis pada 19 Agustus 2017 lalu, penulis terpaksa menjauhkan diri dari laman Kompasiana. Selain sebagai bagian dari masa transisi penulis menuju dunia akademis perkuliahan yang ketat dengan orientasi persiapan karir yang lebih ngebut, keputusan tersebut juga merupakan awal dari rencana awal penulis untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca dari pada menulis. 

Yah, meskipun itu semua pun akhirnya tidak terlepas dari beberapa penyesalan : baru merasakan fitur lembar menulis Kompasiana yang lebih canggih dan mudah, hingga ketinggalan banyak kesempatan untuk mengikuti event kepenulisan menarik dan melakukan networking dengan para kompasianer lainnya.

Ini dimulai ketika penulis menyadari, bahwa modal pengalaman konsumsi pengetahuan penulis belum cukup untuk membawa diri yang tengah penuh ambisi ini kearah dunia tulis-menulis yang lebih intens. Kasarnya, keyakinan penulis akan rendahnya penguasaan dan kepemilikan akan struktur pengetahuan --yang mencerminkan intelektualitas-- didalam diri menjadi alasan utama mengapa penulis untuk menahan sebentar berbagi tulisan di Kompasiana. 

Kondisi ini sebenarnya sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh James W. Potter (2008) dalam teori literasi berbasis kognitif buatannya, bahwa struktur pengetahuan begitu penting untuk menjadi titik perhatian dalam aktivitas produksi-konsumsi informasi. Struktur pengetahuan sendiri adalah sekumpulan informasi dalam ingatan seseorang yang dibentuk secara hati-hati, akurat, dan dalam waktu yang lama. 

Dengan kata lain, informasi adalah entitas paling dasar dalam membentuk struktur pengetahuan individu. Namun, bukan berarti struktur pengetahuan dibuat semata berdasarkan tumpukan informasi yang dikumpulkan begitu saja. Informasi-informasi tersebut tidak hanya dikumpulkan atau dijadikan satu, melainkan tepatnya diseleksi (mana yang dianggap penting dan mana yang harus dibuang), dirangkai sedemikian rupa hingga ditafsirkan secara kompehensif sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan motif individunya.

Potter mengansumsikan struktur pengetahuan adalah satu dari tiga pembangun kemampuan literasi yang penting. Namun, menurut penulis, adalah terlalu jauh dan terburu-buru membawa nilai tentang pentingnya konsep struktur pengetahuan itu kedalam ranah literasi. 

Padahal, struktur pengetahuan milik manusia merupakan entitas yang selalu ada didalam kecenderungan individu ketika bermain dengan perbendaharaan informasi. Maksudnya, pada tahap yang paling dasar, struktur pengetahuan menjadi penting bahkan pada konteks aktivitas berinformasi yang paling kecil, yaitu menulis.

Menulis sebagai aktivitas memproduksi informasi sangat memerlukan intervensi dari struktur pengetahuan didalam pikiran kita. Maka, menurut penulis adalah penting bagi siapapun yang gemar dengan ranah menulis untuk sesekali mengkritisi diri dengan pertanyaan sederhana : "apakah misi kepenulisan kita sudah sejalan dengan struktur pengetahuan yang sudah kita miliki ?" Atau yang lebih simpelnya : "apakah kepintaran kita sudah cukup pantas dan padat untuk dibagikan ?" 

Kira-kira begitulah. Memikirkan kematangan struktur pengetahuan sebelum mulai untuk menulis lebih jauh, merupakan upaya untuk menggambarkan sekaligus mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi yang akan datang dari tulisan kita. 

Seringkali terjadi sebuah kasus, dimana seseorang membuat tulisan tanpa memperhatikan hal-hal seperti tadi, lalu akhirnya berujung pada penciptaan karya tulis yang tidak baik secara konten : berpotensi disinformasi, multi-tafsir, salah penilaian, atau dalam kadar yang lebih parah bisa merepresentasikan kabar bohong atau hoaks dan juga post-truth. Tulisan yang secara konten tidak dipondasikan oleh struktur pengetahuan yang mumpuni untuk mengakomodasi tema besar yang ada didalamnya, hanya akan merugikan pembacanya, meskipun dalam proses yang tidak langsung.

Kesimpulannya, hobi menulis lebih baik diiringi dengan sikap memperhatikan ukuran dan kesesuaian struktur pengetahuan kita, apakah sudah mumpuni atau belum. Misalnya, jika kita ingin menulis sebuah karya jurnalistik baik, maka bentuklah struktur pengetahuan kita tentang kaidah kepenulisan berita yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun