Mohon tunggu...
Mario Baskoro
Mario Baskoro Mohon Tunggu... Jurnalis - Punya Hobi Berpikir

Hampir menyelesaikan pendidikan jurnalisme di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Secara praktis sudah menyusuri jalan jurnalisme sejak SMA dengan bergabung di majalah sekolah. Hampir separuh perkuliahan dihabiskan dengan menyambi sebagai jurnalis untuk mengisi konten laman resmi kampus. Punya pengalaman magang juga di CNN Indonesia.com. Tertarik di bidang sosial, politik, filsafat, dan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Internet dan Dilema Mahasiswa

13 Agustus 2017   20:00 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:33 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di situlah dilema mahasiswa yang sesungguhnya dimulai. Kita bisa memanen berlimpah informasi dan pengetahuan gratis dari internet untuk dijadikan sebagai bahan pereferensian tugas kuliah. Tetapi dalam situasi tertentu, bisa saja kita terjebak dalam kondisi dimana tidak ada sama sekali nama yang bisa kita cantumkan sebagai bagian dari referensi tugas kita tersebut, karena yang menjadi penyusun dan penyebarnya secara sengaja menempatkan dirinya sebagai anonymous.

Salah satu yang paling konkrit adalah soal keberadaan Wikipedia. Sebagai sarang pengetahuan dari berbagai macam disiplin ilmu, Wikipedia menawarkan kelengkapan informasi dan komponen yang luar biasa dan kompleks. Wikipedia menjadi representasi dari kedermawanan sosok penyebar ilmu, karena segala kelengkapan tersebut dapat diakses dan dipergunakan secara suma-cuma. 

Namun, jika kita kembali menengok visi awal mereka, ternyata Wikipedia tidak lebih dari sekadar portal dimana setiap orang dengan varian identitas dan latar belakang yang tidak dikenal dapat ikut serta menyalurkan, menyumbang dan menampung apa yang mereka ketahui untuk, dibagikan. Ingat.... Tidak dikenal, dengan asumsi terburuk, orang yang tak berkapasitas pengetahuan yang mumpuni pun juga memiliki kesempatan yang sama untuk menaruh pengetahuan disana, sekalipun itu keliru atau salah. Itulah yang menjadi alasan mengapa kalangan tertentu mengharamkan Wikipedia. Jawabannya mereka selalu sama dan sederhana, yakni belum tentu terpercaya.

Banyak yang keliru, melihat Wikipedia sebagai pusat pengetahuan yang kredibel dan pasti benar. Hal tersebutlah yang menyebabkan banyak pihak (bahkan tak terkecuali Mahasiswa sendiri) yang menyalahgunakan konten Wikipedia sebagai bahan dasar referensi tugas-tugas mereka. Padahal, sekali lagi, sayangnya berkali-kali telah ditegaskan oleh berbagai pihak (termasuk dosen mereka sendiri), bahwa itu sangat diharamkan. Kini banyak institusi perguruan tinggi, yang mewajibkan semua sivitas pengajarnya untuk menjauhkan para mahasiswa dari Wikipedia, bahkan dengan sanksi yang tidak main-main bagi siapapun yang melanggarnya. Semua itu apalagi jika bukan bagian dari pendalaman kemampuan literasi, terutama terkait soal pentingnya menjunjung tinggi aspek kredibilitas suatu pengetahuan.

Mengapa sumber informasi yang lengkap seperti Wikipedia begitu diharamkan keberadaannya? Apakah ini benar dalam rangka melatih mahasiswa untuk memperdalam tingkat kemampuan menyaring dan menganalisis kebenaran pengetahuan, atau hanya semata-mata upaya dosen untuk 'menyusahkan' kinerja kami ? Perkuliahan memang penuh aneh.. 

Siapapun Mahasiswanya tertuntut untuk pintar-pintar membaca situasi agar mampu memilih jalan mana yang hendak ditempuh dalam berpacu dengan tugas : menaruh harapan pada Wikipedia dalam rangka menghemat waktu agar dapat membalap deadline (tetapi dengan konsekuensi aspek kredibilitas referensinya dilupakan), atau membuang lebih banyak waktu dan tenaga serta pengeluaran untuk menggali kelengkapan referensi yang lain hanya semata demi menjunjung tinggi terciptanya produk tugas yang lebih literatif di mata dosen ? Sadarilah wahai yang tua, inilah dilema bagi kami para insan milenial. Internet memberikan kami kemudahan, dan kami harus membayarnya dengan penyakit kemalasan.

Malas adalah sesuatu yang paling sering mewarnai semua paradigma itu. Ketergantungan yang tinggi akan kehadiran teknologi internet, membuat kebanyakan anak muda masa kini yang menempatkan logika sesuai dengan kemalasan mereka: untuk apa berpusing ria dengan berlembar buku, jika kemudahan internet ada dihadapan kita? Untuk apa menyusahkan diri dengan sumber referensi lain yang bertele-tele, jika kesempurnaan Wikipedia ada ditangan kita? Logika keliru yang menjadi penyakit, namun tidak sedikit yang mewarisinya. Intinya begitu.... Sungguh sebuah dilema yang mengisyaratkan keminiman minat generasi muda terkait pentingnya memperkaya kapasitas berliterasi.           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun