Mohon tunggu...
Albertus Romario
Albertus Romario Mohon Tunggu... Seniman - PENULIS

Deo Gratias

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara Buluh

21 Oktober 2021   18:35 Diperbarui: 21 Oktober 2021   18:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kedip tatapanku bersimpuh pada pusaran langit tak berkabut,
Ketika selendang kemolekan daun-daun perawan nampak kusut,
Dan kepakan sayap-sayap rindu merobek tirai batin.

Suara buluh berkisah cerita,
Bagaikan persembahan talam emas untuk sang paramita,
Saat seekor burung kerdil menari lentik,
Pada dahan-dahan kering di rimba raya.
Sementara aku memilih mengatupkan tangan,
Sembah sujudku dalam sesimpul doa untuknya.

 Kerap,  kepada paduan sunyi keheningan malam,
Aku bersikukuh setia mencintainya sepenuh jiwa,
Tanpa sedetak pun denyutan nadinya jadi terabai,
Hingga hanya secarik nama yang tertinggal,
Pada setiap kuncup di seluruh semesta.

Seketika, pucuk-pucuk cinta bergelantung di ubun-ubun,
Tatkala tiris hujan di belantara tandus,
Menyeduh musim-musim yang bermuram.
Begitulah sudah, dengan jemari rindu,
Aku selalu berpaut padanya.
Dan biarkanlah dia semakin membenciku,
Lalu aku semakin mengasihinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun