Mohon tunggu...
Albertus Romario
Albertus Romario Mohon Tunggu... Seniman - PENULIS

Deo Gratias

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anak-anak Berteriak Tuhan! Tuhan! Tuhan! Tapi.....

19 Oktober 2021   19:09 Diperbarui: 19 Oktober 2021   19:20 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepercik doaku senyap menua pada dinding-dinding surga
Ketika rona wajah anak-anak malang, tampak pucat pasi dan
Bermuram durja dan tak lagi memakai selempang kecantikan
sementara setiap alunan nafasnya bergetar tanpa irama.

Mereka berjerit Tuhan! Tuhan! Tuhan!
Di sini orang-orang tersenyum ramah pada kami
Tetapi pahit - rasanya pahit sekali.

Mereka bertiarap dalam jutaan debu jalanan, dekil dan sendirian
Pada denyutan gelombang hidup dan mungkin segerombolan maut itu
Sedang terbahak bersorak di dangau dan siap mengendus
Kantung-kantung  suci jiwanya, sebab merekalah sosok
Yang terpanggang dalam  jilatan api kematian.

Mereka berjerit Tuhan! Tuhan! Tuhan!
Damai dan tenang hidup kami di sini
Tetapi sesak - sungguh sesak rasanya.

Mereka menari ria di tubir kegelapan dan dalam kerangkeng derita
Gema rintihan mereka berkumandang tanpa henti.
Nampak tilas pucuk-pucuk dedaunan liar begitu enggan jatuhkan embun Sebab demikianlah keegoisan orang-orang  sekitarku.

Mereka berjerit Tuhan! Tuhan! Tuhan!
Kami di sini selalu daraskan mazmur kebahagiaan
Tetapi pilu - pilu sekali rasanya.

Sungguh, lebih baik mataku diciptakan untuk tak bisa melihat
Agar tak bakal terjadi rinai air mata yang keluar
Mulut yang  membisu tak mampu berbicara
Supaya tak pernah muncul sesimpul doa untuk mereka
Telinga yang tak dapat mendengar
Biar tak sedikitpun bergaung di telingaku keluh rintihan mereka
Dan tanganku lebih bijak kalau tidak ada
Sehingga tak sekalipun ada untaian puisi buat mereka.

Dan andaikata Tuhan dahulu kisahkan hidup itu   sesungguhnya
Sewaktu aku masih berada dalam rahim gaib kudus
Bahwa akan banyak sosok yang terkapar tak menentu di jalanan
Tentu aku tak akan terlahir untuk menyaksikan semuanya itu.

Tetapi biarkanlah aku berjerit Tuhan! Tuhan! Tuhan!
Untuk suatu hari nanti, aku harus memeluk mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun