Mohon tunggu...
Money

Angkutan Konvensional vs Angkutan Online

16 Maret 2016   16:52 Diperbarui: 23 Maret 2016   11:24 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

1. Seharusnya pemilik bisnis angkutan konvensional memutar otak untuk memenangkan dalam bisnis angkutan. Bukan nya malah pasrah dan akhirnya malah driver yang menderita.  Boleh dari setoran yang dikurangi atau tambahan insentif kepada driver untuk memotivasi mereka. Sebetul nya Express dan Blue Bird sudah memiliki digital channel mereka sendiri. Namun menurut driver mereka kurang begitu efektif dan tidak mendatang kan orderan. Makanya Express tidak menyebutkan Grab Taxi pada demo kemarin dan sebagian driver blue bird yang saya alami menjadi driver grab taxi juga. Karena mereka merasakan dampak langsung teknologi yang mendatangkan keuntungan bagi driver.

Lihat lah di saat JNE market leader di bidang kurir tersaingi oleh Gojek dan produk sejenis, mereka berinovasi dengan meluncurkan MyJNE aplikasi yang dapat membantu pengirim apalagi pemain di online shop.

2. Sebenarnya Market Leader seperti Blue Bird terlalu lengah dan jumawa, karena mereka mikir tidak mungkin ada perusahaan yang bisa menyaingi banyak nya armada mereka, Express saja sampai pontang panting kejar jumlah armada mereka. Nah disini di saat mereka barrier to entry ke pasar mereka tidak mungkin dimasuki pemain baru, masuk lah disruption dengan menggunakan teknologi. Saya hitung dari pertama gojek dan grab masuk, sudah makan waktu kurang lebih 8 bulan baru organda dan blue bird resah dan koar2.

3. Namanya perusahaan jasa. Blue bird pernah dikenal dengan branding nyaman nya, malah penumpang wanita pasti pilih bluebird. Nah orientasi dan preferensi pelanggan sekarang berubah. Mereka butuh yang cepat dan terjangkau. Karena jalanan jakarta yang sulit dibenahi dan ongkos ojek online yang terjangkau. Saya pernah lihat, Promo bluebird untuk jalan-jalan ke luar negeri untuk yang naik blue bird,  komen saya it's so last year dimana pesaing mereka menjadikan customer seperti agen mereka dengan membagi-bagikan kode promo. Pengalaman buruk saya pernah taksi saya dibawa oleh driver antara mabok atau teler kecapekan sampai nabrak tiang lampu,  nah disini saya sudah menyampaikan namun tak kunjung diberi penyelesaian.

4. Organda
 Sebelum kita menilai orang lain buruk, lihat lah diri kita di cermin. Saya termasuk pengguna setia bus kota Jakarta. Dengan semua pengalaman nya. Dicopet, mogok sampai bantuin kenek dorong bus segitu gede, mesin meleduk,  dioper kenek ama sopir seenak jidat,  sampai hal kecil seperti pengamen, tukang asongan yg mengganggu kenyamanan dan kembalian yang tidak kunjung diberikan ke kita.  Itu baru bus kota. Angkot, teman saya sampai dipalak walaupun badan nya seperti ade rai, tp karena sudah komplotan antara sopir dan pelaku kriminal hal itu dapat terjadi. Itu semua punya izin trayek dan seharusnya menjadi perhatian khusus dari organda.

Sebagai penikmat kendaraan umum saya mengusulkan bahwa angkutan online ini sudah barang tentu diatur dan membayar pajak. Biar negara kita dapat pemasukan. Di satu sisi Organda dan perusahaan jasa transportasi harusnya introspeksi diri dimana mereka merasa terancam akan kedatangan pemain baru yang bahkan tidak mempunyai aset berupa kendaraan. Driver sejahtera, Penumpan happy, Perusahaan untung,  Negara kaya raya. Biar Media pencibir tidak ada bahan lagi untuk ditayangkan di tv maupun di digital yang hanya mencibir tanpa memberikan solusi.

Mario Lasut

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun