Mohon tunggu...
Mario Fernandes
Mario Fernandes Mohon Tunggu... Lainnya - Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia

mario.fernandes@ui.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Synopsis The Borderless World: Power and Strategy in the Interlinked Economy

15 Desember 2020   13:19 Diperbarui: 15 Desember 2020   13:25 3753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
amazon.in/Borderless-World-Kenichi-Ohmae

The Borderless World: Power and Strategy in the Interlinked Economy (1999) ditulis oleh Kenichi Ohmae yang secara garis besar mencoba menjelaskan dunia tanpa batas disebabkan oleh keterkaitan ekonomi antar negara serta peranan aktor non-state dalam mempengaruhi kebijakan suatu negara. Dalam dunia tanpa batas, peran pemerintah menjadi berkurang, Pemerintah yang lambat memahami fakta bahwa peran negara telah berkembang dari melindungi masyarakat dan sumber daya alam yang berasal dari ancaman ekonomi luar kepada peran untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki jangkauan terluas atas pilihan antara barang dan jasa terbaik dan termurah dari seluruh dunia. Selain itu, Kenichi Ohmae menyatakan bahwa terjadi pergeseran paradigma yang sangat fundamental yang telah mengubah cara berbisnis yang terjadi di dunia, dimana pergeseran ini akan sangat mempengaruhi ekonomi global masa depan.

Buku ini berisi gagasan Kenichi Ohmae tentang dunia tanpa batas yang dirangkum menjadi 13 (tiga belas) bab yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab 1. An Inside-Out View of Macroeconomics

Dalam Bab ini Ohmae menerangkan pentingnya membuat strategi yang baik dengan merumuskan strategic triangle: customer, competitor, dan company bagi perusahaan global. Keterkaitan ekonomi antar negara membuka potensi pasar baru bagi perusahaan global yaitu pasar negara berkembang dan persaingan dalam penyebaran teknologi. Selain itu perusahaan juga perlu menjaga biaya tetap (Fix Cost) dan menentukan biaya variabel untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi biaya. Perusahaan juga perlu memperhatikan pergerakan nilai tukar dan mengatur agar currency tetap netral (Neutral Currency) untuk menghindari kerugian ketika melakukan ekspor. Selain itu, Perusahaan global juga perlu menemukan negara yang memberikan jaminan akan currency yang netral dan memberikan peluang pasar yang aman sehingga dapat memberikan manfaat dalam peningkatan skala operasi.

Lebih lanjut dalam Bab ini, Ohmae menjelaskan tentang peranan negara dalam menjaga kepentingan rakyat, mencapai tujuan negara dan melindungi negara dari ancaman orang luar atau perusahaan asing. Negara juga perlu mengembangkan alternatif produk untuk menciptakan penawaran dan permintaan baru untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Selain itu negara juga harus memastikan bahwa rakyat mempunyai kehidupan yang baik dan dapat mengakses barang dan jasa terbaik dan termurah dari seluruh dunia. Dalam keterkaitannya dengan perusahaan global, pemerintah memiliki kewenangan untuk memberikan izin beroperasi, mengatur pasar dalam negeri dan menetapkan pajak serta memahami tentang nilai tambah dari global value chain dalam keterkaitan ekonomi.

Bab 2. The Equidistant Manager

Dalam Bab ini Ohmae menjelaskan bahwa Untuk masuk ke ekonomi borderless, cakrawala para pelaku bisnis harus berkembang dari yang terbatas pada pasar/lingkungan negara menuju global-first, dengan memandang semua customer di seluruh dunia berada dalam jarak yang sama (equidistance) dari kantor utama. Banyak cara untuk mencapai perspektif ini, namun intinya berada pada upaya membangun suatu sistem nilai yang menekankan penglihatan dan pemikiran secara global. Pelaku bisnis perlu memahami bahwa tidak ada batas lagi antar warga negara (global citizen) sehingga dapat menciptakan produk yang dapat diterima secara global (global product). Konsepsi global products dibentuk dengan membangun kemampuan untuk memahami dan menanggapi kebutuhan pelanggan serta persyaratan sistem bisnis di setiap pasar. Pendekatan yang berfokus pada pelanggan menggantikan pendekatan sebelumnya yang berbasis kompetisi, diversifikasi, atau pencaplokan lahan investasi dan pasar baru. Perusahaan perlu memperhatikan upaya pemberian nilai bagi pelanggan dan mengembangkan pandangan equidistant terhadap siapa mereka dan apa yang mereka inginkan. Perusahaan-perusahaan cabang di setiap negara harus dianggap sebagai representasi yang utuh dari perusahaan utama, namun diiringi dengan pengetahuan yang jelas tentang kebutuhan pelanggan setempat.

Bab 3. Getting Back to Strategy

Dalam Bab ini Ohmae mencoba menguraikan tentang upaya dalam merumuskan strategi bersaing dengan menciptakan nilai bagi pelanggan dan yang terpenting adalah berupaya menghindari persaingan kapanpun dan dimanapun. Strategi yang diterapkan oleh perusahaan Jepang pada akhir 1960 - 1970 yaitu  pengurangan biaya produksi. Untuk membuat biaya yang lebih murah sebagian perusahaan Jepang telah menghilangkan tenaga kerjanya melalui penggunaan ekstensif manufaktur terintegrasi komputer yang terhubung langsung dengan pasar. Rute produktivitas melalui otomasi ini adalah salah satu cara untuk dapat melanjutkan persaingan yaitu dengan memangkas biaya produksi. Selain memangkas biaya produksi hal lainnya yang dilakukan Jepang adalah dengan penambahan nilai bagi produk yang dilakukan dengan cara  menciptakan nilai bagi pelanggan dan memahami kebutuhan inheren pelanggan dan kemudian memikirkan kembali tentang apa kategori produk di arena yang tidak ada persaingan.

Bab 4. Do More Better

Pada awal bab ini, Ohmae menekankan Inovasi (Innovation) sebagai cara sebuah perusahaan untuk melakukan hal yang terbaik untuk mencapai visi dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Penulis menjelaskan dalam mencapai kesuksesan beberapa perusahan berpendapat bahwa Kebebasan Hukum (Impunity) adalah salah satu faktor terpenting. Hal ini dapat dilihat dengan upaya kebijakan kartel yang dilakukan oleh US-Jepang untuk melindungi Ekspor Jepang ke US. Selain itu penulis menjelaskan denan tidak berkompetisi tetapi memberikan nilai pada pelanggan (Deliver value to customers) dapat menjaga eksistensi usaha. Selain itu Ohmae berpendapat bahwa perlunya Peranan pemerintah dalam menjaga kompetisi yang sehat dengan menerapkan kuota dan hambatan impor. Pola pikir dan keinginan seorang manajer untuk melihat lebih jauh terkait bisnis kedepan dan keinginan customer serta tidak menolak perubahan. Dengan memulai memikirkan kan ulang secara terperinci kebutuhan Customer akan membuat bisnis melakukan sesuatu yang berbeda sehingga akan membuat perusahaan mencapai tujuan yang lebih baik. Lebih lanjut, Ohmae menyimpulkan Kurangnya pengetahuan manajemen puncak tentang dunia tanpa batas dalam keterkaitan Ekonomi antar Negara akan membuat kerentanan dalam ekonomi global seperti yang terjadi pada krisis ekonomi tahun 1989 yang disebabkan oleh buble economic Jepang sehingga berdampak besar terhadap penurunan industri perbankan dan otomotif Jepang. Sisi positifnya Jepang cukup berhasil memprediksi kebutuhan customer sehingga meningkatkan kapasitas penjualan (overcapacity). Hal ini membuat pada akhir tahun 1990 an Jepang dapat mempertahankan 25% pangsa pasar nya di US. Selain itu keunggulan inovasi dalam hal bauran produk dan penerapan rantai nilai pasok (value chain) menjadi kunci sukses perusahaan untuk meraih hasil yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun