Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu yang Disembunyikan

28 Mei 2021   11:32 Diperbarui: 28 Mei 2021   11:35 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Wallpapercave)

"Jadi, apa keluhanmu, Van?"

"Ada seorang perempuan, May. Bayangan wajahnya kerap melintas di kepala, senyumnya mendekam dalam ingatan, dan namanya selalu terucap suara hati. Berkali-kali aku mencoba menghalau hadir bayangnya, tetapi berkali-kali juga aku gagal. Berkali-kali pula aku memaki diriku sendiri karena tidak sanggup menghalau senyumnya yang selalu mampir."

"Bukankah itu pertanda baik bagi jiwamu yang selalu sepi? Bukankah secercah cahaya itu harus kau syukuri setelah sekian lama terkurung gelap karena kau tidak mau membuka hati bagi perempuan mana pun yang ingin mencoba mampir di hatimu?"

"Itu bukan pertanda baik, May. Kehadirannya adalah kesejukan, tetapi kepergiannya adalah luka. Perempuan itu tidak pernah mencoba masuk ke dalam dan menggetarkan ruang-ruang jiwaku. Aku membiarkannya masuk dan meninggalkan jejak di sana,  tetapi yang kudapat hanyalah bayangnya, dan kini aku sendiri terperangkap dalam labirin yang kubuat sendiri. Ia tidak pernah tahu kalau aku merindukannya. Dan itu menyiksa."

Keduanya terdiam. Ruang kecil serba putih itu mendadak hening. Maya merapikan rambutnya, sembari tetap menatap wajah sahabatnya. Ivan terlihat kusut. Matanya sendu, tidak secerah dulu, sebelum rindu yang menyakitkan itu menyiksanya akhir-akhir ini.

"Sesungguhnya apa yang kau alami itu bukanlah sesuatu yang baru, Van. Setiap kita bisa saja dirindukan seseorang. Seseorang bisa saja diam-diam menyembunyikan rindu yang tidak pernah mau ia ungkapkan."

"Tapi rinduku ini menginginkan sesuatu yang lebih. Aku ingin memilikinya, May."

"Hasrat untuk memiliki selalu ada dalam diri setiap orang, Van. Itu alasan mengapa seseorang mau berjuang. Tapi, tidak semuanya harus dimiliki. Itulah mengapa orang harus belajar untuk tahu diri, tahu batas, dan mengikhlaskan."

"Aku ingin memperjuangkannya, May, tetapi aku tahu itu tidak mungkin. Aku mencoba meraihnya, tetapi yang aku dapat hanyalah bayangnya. Dan sekarang aku terkurung dalam rindu. Aku digerogoti rasa yang tak terbalas, berharap yang aku dekap adalah wujud nyata, tetapi yang aku dapat hanyalah ilusi."

"Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan, Van. Aku sering mengalaminya, merindukan orang yang sama sekali tidak merindukanku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun