Imbasnya jelas, pertandingan melawan Real Madrid yang diharapkan menjadi ajang balas dendam atas kekalahan di final 2018 lalu justru menambah rekor tidak pernah menang atas Real Madrid dalam tiga laga terakhir.
Saya menduga, jangan-jangan barisan pertahanan adalah kunci sukses Liverpool dan Virgil Van Dijk adalah pemain yang paling berpengaruh di Liverpool. Pasca cederanya Van Dijk, trend buruk Liverpool dimulai, dari rentetan kekalahan kandang di liga hingga jumlah kebobolan paling buruk dalam dua musim terakhir.Â
Hingga hari ini, Liverpool sudah kebobolan 37 gol dari 31 pertandingan di liga, padahal musim lalu ketika menjadi juara liga, mereka hanya kebobolan 33 gol (paling sedikit) dan semusim sebelumnya, mereka hanya kebobolan 22 gol (paling sedikit).
Tugas Liverpool kini tinggal menyapu bersih semua pertandingan sisa di liga dengan kemenangan. Lawan-lawan yang tersisa di liga mungkin bisa dilangkahi Liverpool dengan mudah, 'mungkin' hanya MU yang bisa memberi perlawanan sengit.Â
Namun perlu diingat, 7 lawan sisa Liverpool pernah merepotkan mereka pada paruh musim lalu. Kecuali Crystal Palace yang dibantai 7 gol tanpa balas, Liverpool menang susah payah 4-3 dari Leeds United, ditahan 1-1 oleh West Brom, bermain imbang tanpa gol melawan Newcastle United dan MU, serta kalah dari Southampton dan Burnley masing-masing dengan skor 1-0. Jangan lupakan juga kekalahan 3-2 dari MU yang menyingkirkan mereka dari FA Cup.
Kini pasca tersingkir dari UCL, sudah bisa ditebak (dan saya menduga pula), bahwa satu-satunya fokus dan target Klopp saat ini adalah menembus ajang UCL musim depan, target yang tergolong 'ala kadarnya' bagi sebuah klub besar di Inggris dengan status sebagai juara bertahan, pemilik gelar liga terbanyak setelah MU.
Chelsea yang kini duduk di posisi kelima punya lawan-lawan berat dalam pertandingan sisa (West Ham, Manchester City, Arsenal, Leicester), pun masih bertarung di dua semifinal: UCL (VS Real Madrid) dan FA Cup (VS Manchester City).Â
MU (posisi kedua) juga masih harus membagi fokus di UEFA Europa League (VS AS Roma) selain di liga (melawan Leeds United, Liverpool, Leicester), demikian pun dengan Leicester (posisi ketiga) yang juga menjadi semifinalis FA Cup (VS Southampton) dan harus melawan MU, Chelsea, Tottenham dalam tiga laga terakhir.
Melihat lawan-lawan dalam sisa pertandingan yang akan dihadapi tergolong 'lebih mudah' dari MU, Leicester, dan West Ham, tampaknya target 'sekedar' lolos ke UCL musim depan terlalu minimalis bagi Liverpool.Â
Mereka punya banyak waktu beristirahat, dan fokus mereka tidak terbagi. Maka sudah sepantasnya jika Liverpool bertarung habis-habisan sehingga bisa menjadi runner-up liga musim ini, atau jika sedikit kecolongan, mereka berakhir di posisi ketiga, atau sekurang-kurangnya berakhir di posisi keempat. Sangat disayangkan jika The Reds tidak sanggup menembus 4 besar.
Jika Liverpool tidak memaksimalkan peluang dan gagal tampil di UCL musim depan, sudah bisa ditebak, berapa banyak orang yang bakal menertawai mereka; mungkin termasuk orang-orang yang busnya pernah mereka lempar!