Mohon tunggu...
Inovasi

Kasih Nilai Berapa Ya?

5 November 2015   21:54 Diperbarui: 5 November 2015   22:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini informasi mengenai sebuah topik permasalahan dengan mudahnya didapat. Penyebaran informasi begitu masif baik lewat non cetak maupun cetak. Sehingga dalam menerima informasi ada baiknya kita sebagai pembaca bersikap kritis dan peka terhadap sumber informasi. Selain untuk memperoleh informasi yang tepat dan benar, sikap kritis dan peka diharapkan menjadi sebuah sikap yang nantinya akan menghasilkan pandangan-pandangan baru, maupun gagasan dan pendapat yang berbeda ke arah perbaikan.

Pada koran Tempo edisi Selasa, 27 Oktober 2015 tepatnya pada halaman 2 di kolom parameter terdapat sebuah berita bermuatan infografik yang kali ini akan saya bahas dengan pendekatan kritik desain komunikasi visual. Kritik menurut Dan B. Curtis (1996:284) adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Sedangkan desain komunikasi visual dikutip dari website Direktori ITB (http://www.itb.ac.id/directory/163) pada prinsipnya merupakan perancangan untuk menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat.

Identifikasi dan Deskripsi

Dapat kita amati pada berita tersebut membahas penyebaran virus ebola di negara bagian Afrika Barat. Diumumkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang mana virus tersebut dilaporkan telah menginfeksi dan membunuh ribuan orang di seluruh dunia. Berita yang disampaikan cukup singkat, dideskripsikan melalui teks, foto, dan infografis berupa diagram batang.

Infografis pada berita tersebut tergolong kedalam kategori infografis statis, dengan tampilan citra diam dimana interaksinya mencakup melihat dan membaca. Infografis terbagi menjadi dua bidang menurun, bagian atas dan bagian bawah. Menggunakan warna monokrom (hitam putih). Teksnya menggunakan gabungan dua jenis huruf (serif dan san serif).

Interpretasi

Keseluruhan dari infografis di atas menggunakan prinsip-prinsip vitruvius, yang dibahas dalam buku terjemahan dari buku Infographics oleh Jason Lankow, dkk. yaitu pertimbangan pemilihan elemen-elemen desain dari sisi beauty (keindahan), utility (kebutuhan), dan soundness (daya pikat). Karena dapat dilihat secara keseluruhan infografis ini dibuat sederhana berdasarkan informasi yang ingin disampaikan. Bagian atas infografis menampilkan informasi mengenai perbandingan jumlah masyarakat Guinea, Liberia, dan Sierra Leone yang terinfeksi dan meninggal karena virus ebola lewat diagram batang mendatar. Menggunakan dua tingkat warna yang berbeda untuk mempermudah audiens membedakan informasi. Teks “GUINEA, LIBERIA, dan SIERRA LEONE” yang notabene ialah nama negara di Afrika Barat ditempatkan di depan diagram batang sebagai informasi mengenai negara mana diagram batang ditujukan. Diagram sebagai objek visual yang mewakili perbandingan, dibuat perulangan (repetisi) bentuk dan ukuran panjang dan pendek untuk memberikan irama sehingga menimbulkan kesan bergerak dan dinamis dan harmonis (Sadjiman, 2010:175), sehingga tidak membosankan ketika dilihat.

Angka “3.803, 10.672, 14.001” menunjukkan informasi mengenai jumlah jiwa yang diperkirakan terinfeksi virus ebola. Angka “2.535, 4.808, 3.955” menunjukkan informasi mengenai jumlah jiwa yang meninggal akibat terinfeksi virus ebola. Angka “28.512 dan 11.313” pada bagian paling bawah menunjukkan informasi mengenai total jumlah jiwa terinfeksi dan meninggal. Tulisan angka dibuat tebal untuk menunjukkan urgensi “angka” pada berita tersebut.

Bagian kedua paling bawah mengandung informasi tentang kesimpulan, yakni hasil total dari keseluruhan jumlah angka yang terdapat di bagian pertama. Bagian ini dirasa tepat untuk ditempatkan di akhir infografis karna mengandung informasi hitungan keseluruhan, yang mana selalu ditempatkan di akhir sebuah informasi.

Warna keseluruhan infografis adalah monokrom, tidak menggunakan warna-warna primer seperti biru, merah, atau kuning. Pemilihan warna tersebut disesuaikan dengan ketentuan dari pihak koran dan atau melihat tingkat urgensi yang tidak terlalu tinggi dari informasi. Karena beritanya terkait dengan penyebaran virus ebola di negara lain yang jaraknya  jauh dari Indonesia, yang merupakan batas daerah penyebaran penjualan koran Tempo. Walau menggunakan warna monokrom, namun susunan warnanya dibuat dua interval yang saling berdekatan, namun hal ini menimbulkan kesan lembut dan enak dilihat (Sadjiman, 2010:34).

Kritik dan Redesain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun