Mohon tunggu...
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Mohon Tunggu... Human Resources - Blogger aktif. Untuk kerja sama bisa email di mariatanjung81@gmail.com

Seorang blogger Surabaya yang terbiasa menulis di www.santaisore.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sebenarnya Anda Hanya Jenuh Bekerja

19 Januari 2022   13:39 Diperbarui: 21 Januari 2022   14:07 2119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Jenuh Bekerja. (Sumber: Pixabay/mohamed_hassan)

Sudah puluhan tahun Anda bekerja di sebuah perusahaan swasta. Dengan gaji yang tak besar-besar amat namun juga masih bisa ditabung hanya sekadar jalan-jalan berlibur ke Malioboro. Berlibur ke Malioboro juga butuh dana donk.

Jenuh bekerja karena di kantor itu tidak ada jenjang karir. Gaji sih tiap tahun naik, karena pandemi saja dua tahun gaji tidak naik. Tapi tidak masalah juga sih, toh gaji Anda sudah lumayan mencukupi kebutuhan bulanan, apalagi Anda juga punya pekerjaan sampingan.

Bekerja hanya sebuah rutinitas, datang jam 8 pagi pulang jam 4 sore. Berulang dari hari Senin sampai hari Jumat. Kalau Sabtu pulang jam dua siang.

Kok bisa tidak ada jenjang karir? Ya bisa saja karena itu perusahaan keluarga dan walau berorientasi profit namun belum ada perkembangan yang berarti. Perusahaan sudah bisa bertahan di masa pandemi saja bersyukur banget.

Anda jenuh karena yang dilihat adalah teman yang kebetulan bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bonafide. Teman Anda yang bekerja di perusahaan bonafide itu sekarang sudah menjabat sebagai seorang manajer. Sedangkan Anda? Masih staff biasa  saja.

Walaupun begitu, kehadiran Anda dibutuhkan di kantor yang katanya perusahaan kecil itu. 

Kejujuran Anda dibutuhkan demi menjaga keuangan kantor tetap stabil. Bos sudah terlalu percaya pada Anda dan hampir semua urusan dipercayakan kepada Anda.

Tetapi Anda tetap jenuh! Harus ada solusinya. Lalu solusinya adalah Anda keluar dari pekerjaan itu dan mencari pekerjaan lain yang lebih berkualitas dan memiliki jenjang karir yang jelas.

Namun kenyataannya:

  1. Usia Anda sudah terlalu tua untuk mencari pekerjaan baru
  2. Kalaupun bisa mendapat pekerjaan, maka cari kerja sedang sulit dikarenakan efek pandemi masih terasa.
  3. Jika Anda mendapat pekerjaan baru, maka mulai dari nol lagi donk. Apakah Anda mau mendapat gaji di bawah gaji yang sekarang diterima? Pasti pikir-pikir dulu deh.

Renungkan Apakah Anda Memang Harus Resign atau Hanya Sekadar Jenuh Bekerja

Apakah Anda benar-benar sedang jenuh dan burn out dalam bekerja? Atau mungkin Anda cuma butuh refreshing dan menyendiri sejenak dari hiruk pikuk dunia kerja sesaat.

Coba pikirkan matang-matang dan cari penyebab rasa jenuh Anda di kantor selama ini. Jangan-jangan rasa jenuh Anda sebagai pembenaran saja akan hal berikut:

  1. Teman kerja yang toxic
  2. Teman kerja yang suka berutang namun tak pernah Anda gubris. Bisa jadi karena yang dia pinjam terlalu banyak dan sering curhat tak jelas mengenai keluarganya. Padahal semua orang punya masalah kan, namun teman kerja model seperti ini sangat membosankan! Ingin didengar namun tak mau mendengar.
  3. Anda kesal melihat rekan kerja magabut alias makan gaji buta. Wajar sih kan si rekan kerja itu punya hubungan darah dengan si bos. Apalah Anda yang karyawan tanpa ikatan darah.
  4. Bosan melihat kondisi kantor stagnan saja dan tak ada perubahan ke arah yang lebih baik.

Rasanya keempat hal di atas lumrah kok ditemui di mana saja. Tidak hanya di perusahaan tempat Anda bekerja. Jangan buru-buru ambil keputusan resign dulu ya. Lakukan perenungan dan Instrospeksi agar Anda tidak gegabah ingin mengundurkan diri dari kantor yang sekarang.

Bos atau pimpinan di kantor mungkin tidak akan keberatan kok jika Anda mengambil cuti selama beberapa hari. 

Jika perusahaan tempat Anda bekerja tergolong perusahaan kecil, bisa jadi hubungan Anda dengan bos cukup dekat sehingga tak ada salahnya berterus terang dengan kondisi yang sedang terjadi.

Penutup

Kadang-kadang batas antara jenuh bekerja dan keinginan untuk resign itu beti alias beda tipis kok. Jangan turuti emosi sesaat untuk resign kalau ternyata yang sedang Anda alami "hanya" kejenuhan saja. 

Bukan berarti saya meremehkan rasa jenuh itu, namun memang perlu healing untuk mengusirnya. Walau rasa jenuh itu manusiawi pada setiap karyawan, namun jika sudah terlalu sering mendera jatuhnya jadi kurang bersyukur donk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun