Mohon tunggu...
Maria Octora Yanti
Maria Octora Yanti Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan

Penggiat Pertanian Dan Environmentalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mikroplastik, Dari Kosmetik hingga Menjadi Toksik

23 April 2020   00:28 Diperbarui: 23 April 2020   00:39 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*Sumber ilustrasi Pico Dan Barcelo: 2019 Pada Jurnal ACS Omega

Masih banyak lagi penelitian-penelitian yang secara nyata menunjukkan alarm untuk kondisi laut kita. Hal yang mungkin selama ini kita anggap sepele atau bahkan tidak terpikirkan sama sekali dalam benak kita, bahwa dari pencuci wajah, pasta gigi bahkan scrub yang selama ini bekerja untuk mencerahkan kulit kita, tersimpan bulir-bulir yang terus mengalir, bergulir hingga mengancam keselamatan organisme-organisme di laut sana. Dan sangat memungkinkan juga bulir-bulir itu kembali terhidang diatas piring saji diantara santapan seafood yang lezat, yang pada akhirnya menjadi racun dalam tubuh kita.  

Mungkin kita lupa, bahwa alam memiliki sistem kerja yang luar biasa. Racun yang kita tebar, pasti akan kita rasakan juga. Kita, manusia yang akan menuai akibatnya juga dari keteledoran kita. Masih mau pakai plastik seenaknya? Masih betah pakai kosmetik sesukanya?

Apa Yang Dapat Kita Lakukan?

Persoalan mikroplastik ini tentu saja merupakan isu global karena pencemaran dilaut sifatnya dinamis, dapat menyebar dan mengalir dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Beberapa inisiatif telah diambil melalui konvensi internasional dalam upaya menekan akumulasi sampah mikroplastik. Salah satunya adalah implementasi Blue Economy.

Blue Economy merupakan framework pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan kelautan. Wenhai et al (2019) menyebutkan bahwa Blue Economy merupakan model pengembangan ekonomi kelautan yang berkelanjutan.

Dalam upaya merealisasikan Blue Economy tersebut salah satunya adalah dengan pengendalian pembuangan sampah ke laut dimulai dari penanganan sampah di sungai.

Pada tahun 2017 United Nations meluncurkan program yang mengajak semua pihak di antaranya pemerintah, pelaku industri dan konsumen untuk mengurangi penggunaan serbuk mikroplastik dalam kosmetik hingga penggunaan plastik sekali pakai seperti botol minuman dan kantong plastik.

Akan tetapi, berbagai peraturan baik yang sifatnya nasional maupun internasional, tidak akan efektif apabila tidak didukung oleh kita, individu yang merupakan bagian dari masyarakat. Lalu apa saja yang dapat kita lakukan?

Hal pertama yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah mikroplastik ini adalah mencari informasi untuk mengetahui barang-barang apa saja yang ternyata didalamnya mengandung bahan mikroplastik, seperti melakukan pengecekkan pada kosmetik atau bahan pakaian yang kita gunakan.

Setelah kita mendapatkan informasi tersebut, kemudian kita dapat mencari dan menentukan barang alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk kita gunakan. Hal yang juga sangat penting adalah menghindari penggunaan kantong plastik saat berbelanja dengan membawa kantong belanja sendiri dari bahan yang juga ramah lingkungan.

Menghindari penggunaan plastik sekali pakai seperti botol plastik air minum kemasan, sedotan, styrofoam dan lainnya. Jika ada barang berbahan plastik yang kita miliki, upayakan untuk memperpanjang umur barang tersebut. Sederhananya, selalu ingat konsep eco-friendly dan menerapkan prinsip 3R, Reduce-Reuse-Recycle.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun