Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Doa Ibu

28 Maret 2023   20:39 Diperbarui: 28 Maret 2023   20:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

M. Hamse

                        Doa Ibu

Siapa yang tidak percaya ampuhnya doa ibu? Tentu ada yang tidak, jikalau hidupnya banyak susah! Ada yang percaya, jika hidupnya mulus-mulus saja. Perjuangannya biasa saja, hasilnya luar biasa. Doa ibu, memang ampuh. Begitu yang kurasa.
    Setahun sehabis kuliah, aku memilih istirahat otak, setelah empat tahun berkutat dengan tugas kuliah. Ibu tidak bilang apa-apa keputusanku itu.
    "Jangan lama-lama ya istirahatnya," kata ibu suatu kali.
     Aku masih ingat itu. Setelahnya, aku dapat kerja di kantor ini. Aku tidak mondar-mandir bawa lamaran ke sana ke mari seperti orang kebanyakan. Doa ibu ampuh, sekali lamar aku diterima.
    "Kelak kamu dapat jodoh orang kaya," kata ibu suatu hari.
    Aku ingat betul. Aku tersenyum sendiri. Ibu tidak salah.
     "Ntar, makan malam di tempat biasa, ya," ajak Reno, sang direktur.
      Aku manggut saja saat itu. Tidak kuasa menolak. Reno, lelaki tampan dan mapan. Siapa juga yang berkuasa menolak. Awal kenal yang cukup sederhana, saat mobilnya mogok, kehabisan bahan bakar, aku bergegas ke pom bensin. Padahal hari itu aku harus wawancara. Tak disangka, aku telat. Terpaksa harus pulang.
       "Mbak yang tadi kan?"
       Aku tersenyum saja. Aku agak lelah. Wawancara batal.
        "Sebentar, pegawai baru?"
        "Gagal. Telat wawancara," kataku.
       Ia mengambil ponselnya. Menghubungi seseorang. Ia memperhatikan ID-ku yang ditempel di baju.
      "Besok masuk," katanya kemudian.
      Aku kegirangan. Sampai-sampai aku memeluknya.  Dari sanalah awal berkenalan. Lama-lama aku terkesan dan berakhir nyaman.
     Aku bergegas masuk kafe, tempat biasa kami habiskan waktu. Aku sesekali menatap layar ponsel, memastikan wajahku cantik seperti biasa. Dari sudut kafe, Reno memanggilku. Astaga, aku agak malu dibuatnya. Semua mata memandangku. Aku pun duduk. Aku tersipu di depannya. Seikat bunga tergeletak di meja.
     "Romantis sekali," batinku.
      Seseorang tiba-tiba muncul. Mengecupnya sekali dan sok ramah. Aku tidak nyaman.
      "Jadi ini, pegawai yang kamu bilang mirip aku? Betul, mirip," katanya.
      "Dian," ia perkenalkan diri.
       Aku terdiam. Tidak ada yang lebih sakit dari ini.
      "Sayang, selamat ulang tahun ya," kata Reno, seraya memberinya bunga.
      "Denada, bantuin foto ya," kata Reno.

28 Maret 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun