Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Ame

16 Februari 2023   20:42 Diperbarui: 16 Februari 2023   20:44 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                 Sebagai tetangga, aku dan keluarga tahu betul apa yang terjadi di rumah sebelah. Apalagi jaraknya hanya semeter. Segala keributan di rumah sebelah pasti terdengar. Aku masih ingat, pernah semalam aku, ayah, dan ibu berdiri di sudut rumah hanya karena ingin tahu masalah yang terjadi di rumah sebelah. Bukan mau kepo, hanya penasaran saja. Bukan mau intervensi, hanya saja memperjelas prediksi diri.

"Terus, bagaimana? Bagaimana harus membayar utang itu?" teriak Ine Marta.

"Aku juga tidak tahu bagaimana. Sopi tidak laku-laku berbulan-bulan," jawab Ame Paulus dengan nada tinggi.

"Gara-gara kamu. Dari dulu aku tidak setuju dia kuliah. SMA saja kewalahan biaya, apalagi kuliah. Berjuta-juta per bulan, belum lagi anakmu itu minta dibelikan motor!" teriak Ine Marta.

"Lihat sekarang, banyak orang keluar masuk rumah minta dibayarkan uang pinjamannya. Lihat sekarang!" teriak Ine Marta lagi.

               Tidak sampai di situ, Ine Marta masih malak malam itu. Tetangga pasti jadikan itu gosip keesokannya. Itu wajib terjadi di kampung. Perkara kecil kerap diperbesar dan dibesar-besarkan dengan jalan pikiran masing-masing.

"Prak ...!"

              Suara itu, aku tahu pasti. Tak lama berselang, suara tangis memecah keheningan malam. Keributan pasti berlanjut, Ame Paulus tidak akan berhenti di situ. Aku tahu betul, bahkan hafal bener. Sebab kalau ia menegak sopi buatannya sendiri, ia akan kehilangan akal sehat. Sebentar lagi, pasti terdengar suara piring pecah, meja ditendang, dinding rumah dipukul-pukul. Suara teriakan akan menyusul setelahnya. Begitulah kehidupan keluarga kecil nan sederhana itu akhir-akhir ini.

Sopi4 Minuman keras (tuak) khas orang Manggarai, hasil sadapan enau yang dicampur dengan berbagai ramuan khusus.

                                                                                                                                      ***

                     Udara siang ini terasa panas dari biasanya. Sangat gerah! Serasa hidup di pinggir pantai saja. Padahal, ini musim hujan. Cuaca hari ini susah ditebak dengan akal sehat. Aku baru saja pulang sekolah. Aku habiskan hari ini di rumah gubuk tetangga baikku. Biasanya, aku pasti disodorkan sopi olehnya. Lama aku dengan ame bercerita. Mulai dari aktivitasnya sebagai perajin sopi sampai masalah politik yang akhir-akhir ini menggema, apalagi menjelang pilkada, yang dimana para calon akan menurunkan kaca mobil, sok-sokan melambai setiap orang lewat, menurunkan kaca mobil kalau masa kampanya berakhir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun